kau masih saja merangkai diksi-diksi beraroma sangit. berteriak sengit, nyaris menjerit. saat anak-anak matahari di utara negeri menatap langit. melihat darah-darah tertumpah, bukan bersebab bekam gurah. tapi bisikan-bisikan amarah.
kau masih saja menimbun butir-butir garam di lautan, meracik batang-batang tebu di pelabuhan. di sudut barat bumi, bocah-bocah maori meratapi elegi. dipaksa melupakan kiwi dan biri-biri. dalam diam pepagi misteri, menguak tragedi matahari.
kau masih saja menepuk dada, menekuri deretan angka-angka. hingga tak bersisa sebaris rasa, sepatah kata. Setidaknya sejumput doa, sebagai tanda mata. jika asa manusia, masih ada. aku terluka, kau terlupa?
Curup, 16.03.2019
zaldychan