Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Wanita Cantik di Atas Sampan

25 Agustus 2019   16:20 Diperbarui: 4 September 2019   14:59 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil terus berenang aku berusaha mendorong sampan ini ketepian. Di ujung sana, di tepi sungai, di pinggir Hutan larangan aku melihat ada batang kayu besar yang telah tumbang, melintang dari atas daratan ke arah sungai dengan cabang-cabang kayunya menjuntai ke atas air di dalam sungai ini. Segera kudorong sampan yang di atasnya ada wanita cantik berkacamata ini ke arah batang kayu besar di tepian sungai di pinggir Hutan larangan.

Hutan larangan adalah suatu hutan atau sebagian hutan yang tidak bisa sembarangan orang boleh memasukinya.

Hutan larangan adalah suatu jenis hutan yang diklasifikasikan bukan berdasarkan vegetasi atau bentang alam atau hal-hal geografisnya, tetapi hutan ini diklasifikasikan berdasar nilai sakral yang diyakini oleh masyarakat sekitarnya terhadap hutan tersebut.

Hutan larangan dipercaya merupakan tempat keramat dimana dewa-dewa dan roh nenek moyang bersemayam. Dalam berbagai budaya di dunia, umumnya dinamakan dengan hutan keramat atau hutan suci, sehingga tempat-tempat tersebut juga merupakan tempat yang dilindungi.

****

Setelah berhasil membawa sampan ke pinggir kayu besar yang telah tumbang di pinggir Hutan larangan, aku segera menambatkan sampan ini dengan cara mengikatkan tali sampan pada cabang kayu besar menjuntai hingga menyentuh permukaan air itu, setelah kembali naik ke atas sampan, sambil menatap wanita cantik yang tengah menggigil kedinginan, aku katakan pada wanita cantik berkulit kuning langsat di depanku ini agar dia bersiap-siap untuk memanjat cabang yang menjuntai dari batang kayu besar di atas sampan ini agar bisa naik ke daratan.

Sambil menatap kedua matanya, aku coba jelaskan pada wanita cantik berkacamata yang masih terlihat ragu-ragu untuk memanjat itu bahwa dalam kondisi hujan lebat seperti ini, terlalu berbahaya bagi aku dan dia untuk tetap berada di atas sampan ini. Di antara suara petir yang menggelar, kuajak wanita cantik berkulit kuning langsat itu untuk pergi mencari tempat berteduh di dalam hutan.

****

Kuminta dia membuka sepatu hak tinggi yang di kenakannya, saat kulihat dia begitu kesulitan ketika hendak memanjat cabang batang kayu besar yang telah tumbang dan melintang di tepian sungai itu.

Dengan kondisi pakaian basah kuyup, di tambah dengan rok panjang yang di kenakannya, wanita cantik berkulit kuning langsat ini kulihat begitu kesulitan sekali ketika hendak memanjat cabang kayu yang menjuntai di depannya itu.

Melihatnya kesulitan saat hendak memanjat cabang kayu itu, aku segera mengambil posisi jongkok di depannya, sambil memintanya naik ke atas bahuku. Dengan menggendongnya, aku yakin tangannya itu bisa mencapai permukaan batang kayu besar yang sepertinya telah lama tumbang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun