Mohon tunggu...
Ufqil mubin
Ufqil mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - Rumah Aspirasi

Setiap orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Iblis Masuk Desa

24 Juli 2018   19:47 Diperbarui: 24 Juli 2018   20:07 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa nama wali kelasmu?" Pak Samsul memandang tajam Andre.

Andre menggaruk kepala. Sepertinya dia lupa nama  wali kelasnya.

"Wali kelas kami, Ibu Rao," teriak teman Andre yang duduk di belakang di bagian kiri ruangan.

Pak Samsul menggeleng kepala. Baru kali ini dia melihat murid yang sudah duduk di kelas tiga, tidak dapat menjawab perkalian dasar.

Andre tertawa kecil. Sedikitpun dia tidak memiliki beban psikologis atas keadaan yang sedang membuatnya jatuh sampai di titik  nol di hadapan teman-teman kelasnya.

Melihat kenyataan tersebut, Pak Samsul berdiskusi dengan wali kelas Andre. Wali kelasnya, Ibu Rao, menjawab dengan penuh pesimis. Karena selama ini dia lebih keras mendidik Andre. Pendekatan-pendekatan kepada orang tua hingga perlakuan khusus di kelas sudah dilakukan. Namun semuanya mentah.


"Dari dulu Andre sudah kayak gitu. Sebenarnya di kelas enggak naik kelas. Tetapi karena badannya sudah besar dan dua tahun duduk di kelas dua, kami dengan terpaksa menaikkannya ke kelas tiga. Padahal dia belum siap belajar di kelas dua. Apalagi di kelas tiga," jelas Ibu Rao.

"Itu namanya tidak profesional! Kenaikan kelas bukan atas dasar umur dan besarnya badan. Tetapi didasarkan kemampuan murid," jawab Pak Samsul.

Idealismenya mendidik murid-muridnya muncul. Masalah ini membuat Pak Samsul berpikir keras. Baru kali ini dia menemukan anak yang sudah duduk di kelas tiga, namun belum bisa perkalian dasar.

Ibu Rao mencoba membela diri. Selama ini dia merasa sudah bekerja keras.

"Saya tidak bisa menerima cara-cara tidak masuk akal dalam penentuan kenaikan kelas. Ini sama saja melanggar aturan yang sudah kita buat," Pak Samsul tak terima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun