Mohon tunggu...
Ufqil mubin
Ufqil mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - Rumah Aspirasi

Setiap orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Iblis Masuk Desa

24 Juli 2018   19:47 Diperbarui: 24 Juli 2018   20:07 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perintah bos siap kami laksanakan," anak buahnya yang berambut gondrong menjawab dengan kepala tegap laksana tentara sedang memenuhi perintah atasannya.

"Bagus. Itu yang aku suka dari kalian," Andre memuji.

Kehadiran biduan itu tidak lain untuk mengundang banyak pemuda supaya ikut berjudi. Jenis perjudian sangat beragam. Mulai  dari capsa susu, lempar koin, main dadu, lempar bola, dan adu ayam.

Kala itu, Andre mengundang penjudi dari desa-desa tetangga. Imbalannya, dia mendapatkan keuntungan yang seimbang dengan para petarung bodoh dan tidak bisa menghitung itu.

Ada yang menarik perhatian dari Andre ini. Ketika dia memimpin judi, banyak orang yang meramaikan. Apa sebabnya? Saat dia mengembalikan uang, pengembaliannya akan lebihkan. Bahkan angsurannya lebih besar dari uang yang diberikan penjudi. Bukan karena dia murah hati dan senang membantu orang lain. Dia gagal menjadi penghitung yang baik. Tidak bisa membedakan mata uang.

Maklum, dia tidak lulus SD. Sebabnya frustasi dengan nilai matematikanya yang sering di bawah angka dua. Dia pernah sekolah. Tetapi berkali-kali tidak naik kelas. Menurut cerita yang pernah aku dengar, Andre hanya sempat sekolah sampai kelas tiga. Itupun dilewati selama lima tahun. 


Dia duduk di kelas satu dua tahun, kelas dua dua tahun, dan kelas tiga satu tahun. Karena tidak naik lagi di kelas empat, dia memutuskan untuk mengikuti orang tuanya bertani. Kedua orang tuanya yang waras menyayangkan keputusan anak semata wayangnya itu. Namun apalah daya, anaknya  punya  IQ (intelectual quotient)   yang sangat lemah. 

Pak Samsul, Kepala Sekolahnya, di awal-awal karirnya sebagai guru, pernah frustasi mengajarnya. Dia pernah menyerah. Bingung dan pusing tujuh keliling menentukan cara yang tepat mengajar Andre. Dengan harapan bisa mengimbangi teman-temannya  dalam  penguasaan  pelajaran. 

Di  saat  duduk  di kelas tiga, Andre pernah ditanya Pak Samsul, penambahan satu ditambah satu.

Dengan penuh antusias dia menjawab lantang, "satu ditambah satu sama dengan empat."

Segera setelah itu seluruh teman-temannya tertawa terbahak-bahak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun