Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Dunia Perbukuan dan Perpustakaan, Bagai Oase yang Dirindukan tapi Kurang Dihiraukan

22 Juli 2019   01:33 Diperbarui: 22 Juli 2019   08:57 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Perpustakaan Daerah Kabupaten Karo pada Gedung Nasional di Kabanjahe (dokpri)

Bagi sebagian anak yang kurang beruntung, sebenarnya belajar tidak harus di sekolah. Salah satu pilihan alternatif belajar adalah di perpustakaan umum. Mengacu pada data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 2016 lebih dari 1 juta anak putus sekolah pada jenjang SD, dan tak melanjutkan ke tingkat SMP. 

Jika digabungkan antara yang tidak tamat SD hingga SMP, maka ada sekitar 4,3 juta anak yang tidak mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun. Akibatnya, sekitar 40 persen angkatan kerja Indonesia saat ini merupakan lulusan SD. Kondisi itu tentunya sangat menghambat, di saat kita diprediksi akan menerima puncak bonus demografi pada tahun 2030.

Baca Juga: Pesan moral pak tong di hari buku memandang promiskuitas dalam negeri lintasan petir

Semakin luas warga masyarakat kita pada kelompok usia produktif yang gemar membaca tentu semakin baik. Dengan menyimak dan memahami bahan-bahan bacaan, bahkan sambil berimajinasi menurut gambaran pikiran kita sendiri, itu merupakan pekerjaan berpikir dengan konsentrasi yang melatih kemampuan berabstraksi. Pada gilirannya, akan melatih otak kita bekerja secara terstruktur dan sistematis.

Perpustakaan umum sangat strategis dijadikan tempat anggota komunitas berkumpul dan mendiskusikan beragam masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui perpustakaan dan perbukuan, anggota komunitas akan semakin dimampukan mencermati berbagai masalah bersama dan kemudian bersama-sama dengan anggota komunitas yang lain berusaha mencarikan solusinya.

Perpustakaan umum juga merupakan jembatan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah, karena melalui perpustakaan semua koleksi pikiran dan pengetahuan manusia, sekaligus juga persolan-persoalan dan pemecahannya yang bisa menjadi rujukan terdokumentasikan.

Dokumentasi koleksi pikiran, pengetahuan, permasalahan dalam kehidupan ras manusia yang terdokumentasi ini, merupahan bahan untuk mengkemas ulang informasi, yang selanjutnya merupakan bahan bagi para pengambil keputusan.

Narasi dalam buku-buku, banyak yang merupakan masukan dan suara hati dari masyarakat. Tidak jarang buku-buku dan narasi yang ada di dalamnya menggambarkan posisi tawar yang menentukan sebagai bahan masukan yang cukup menentukan bagi para pengambilan kebijakan publik. Maka, tidaklah salah, jika sering kita temukan masyarakat yang menilai kualitas kepemimpinan para pembuat kebijakan dari buku yang dibaca para pemimpinnya.

Maka tak salah, bila dikatakan bahwa perpustakaan umum adalah salah satu wahana untuk dapat belajar seumur hidup, tanpa batasan umur dan sekat-sekat kelas. Namun, pada kenyataannya dari semua manfaat dan tujuan yang mungkin di dapatkan dari padanya, kita tampaknya menempatkan perpustakaan daerah tidak lebih bagai oase di padang gurun, yang sangat dicari-cari untuk memuaskan dahaga, tapi sekaligus juga tidak terlalu dihiraukan begitu ia ditemukan.

Salah satu tantangan terbesar bagi dunia perbukuan dan perpustakaan saat ini justru mungkin terkait banyaknya sumber bahan bacaan. Data dan informasi untuk bahan bacaan juga tidak melulu dalam bentuk buku, apa lagi saat ini sudah banyak media penyimpanan data, baik dalam bentuk film, audio, CD, DVD, dan terutama gudang data pada internet.

Banjir informasi di internet malah berpotensi membuat data dan fakta menjadi mudah sekali terdistorsi, karena orang-orang tidak lagi perlu repot-repot membaca dan berpikir keras untuk menjadi tahu di era yang semua nyaris serba digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun