Konflik ini sebenarnya sejak tahun 2016 sudah  mengemuka dan  menjadi perhatian Dunia.  Banyak negara mulai menyoroti pemerintahan Myanmar atas tragedy kemanusiaan ini. PBB mulai bergerak melakukan investigasi ke kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.  Sementara Pemerintah Myanmar bersama Kofi Anan Foundation membentuk Tim Pencari Fakta.
Tim PBB yang sudah bergerak dari kamp pengungsian akhirnya ditolak masuk oleh Pemerintah Myanmar.  Bagaimanapun juga pemerintah Myanmar secara realitasnya memang dibawah kendali militer Myanmar.  Militer Myanmar tentu saja tidak ingin bila Tim PBB  kemudian menemukan pelanggaran berat yang dilakukan militer terhadap  sipil Rohingnya.
Aung San Su Kyii sendiri diberitakan media internasional bersikap setuju dengan penolakan pemerintahnya terhadap Tim Investigasi PBB. Hal inilah yang kemudian membuat banyak negara semakin bersuara keras terhadap  Myanmar atas Krisis Rohingnya.
Sebenarnya saran dari Yayasan Kofi Anan terhadap pemerintah Myanmar demi mengatasi Krisis Rohingnya  adalah memfasilitasi etnis Rohingnya memperoleh kewarganegaraan. Tapi sayangnya saran itu ditolak oleh kalangan militer, ditolak juga oleh Etnis Mayoritas berikut  kelompok Agama disana.  Dengan  kondisi yang demikian  sepertinya konflik kemanusiaan ini tidak akan pernah berakhir  kecuali  Etnis Rohingnya  bisa lenyap atau terusir dari Rakhina State.
SUDUT PANDANG MALAYSIA, TURKI DAN INDONESIA TERHADAP KRISIS ROHINGNYA
Bahwa kita semua tahu bagaimana Malaysia dan Turki sudah mengecam keras Myanmar atas terjadinya tragedy Rohingnya. Â Sebagai negara-negara Islam , Malaysia dan Turki sudah merencanakan membawa masalah Rohingnya pada Sidang OKI ( Organisasi Negara-negara Islam) berikutnya. Â Mungkin bagi kedua negara ini diharapkan OKI akan mampu lebih menekan PBB dan dunia internasional agar menjatuhkan sanksi maupun menekan Myanmar agar segera menyelesaikan krisis Rohingnya.
Berbeda dengan sikap kedua negara tersebut, pemerintah lebih memilih jalur diplomasi untuk meminta Myanmar menyelesaikan konflik Rohingnya. Â Terkesan Pemerintah kita tidak mau terlalu ikut campur masalahnya. Hal inilah yang akhirnya membuat masyarakat Indonesia yang beragama Islam menjadi resah.
Filosofi bahwa Umat Islam itu Bersaudara itu selalu ada  di benak masyarakat Islam baik  yang ada di Indonesia maupun  di negara --negara Islam lainnya.  Itu sebabnya Malaysia, Turki dan lainnya langsung mengecam Myanmar atas tragedy Rohingnya. Bagaimanapun juga pemerintah kedua negara tersebut  mewakili suara rakyatnya dalam menyikapi Krisis Rohingnya, sementara pemerintah Indonesia berbeda.
Kondisi inilah yang akhirnya menimbulkan banyak  perbedaan sikap kelompok-kelompok masyarakat Indonesia terhadap Krisis Rohingnya. Â
Umumnya kalangan Muslim Indonesia merasa sangat prihatin terhadap Krisis Rohingnya, apalagi foto-foto pembantaian dan pengungsian beredar luas di media-media social. Â Emosi mereka terbawa sesuai dengan Filosofi umat Islam itu bersaudara. Â Tetapi mereka hanya bisa merasa prihatin, berdoa dan berharap PBB ataupun dunia internasional mampu menekan Myanmar untuk menyelesaikan krisis Rohingnya.
Di sisi lain terlihat juga ada 2 kelompok masyarakat yang saling berseteru memandang Krisis Rohingnya tetapi mengaitkannya dengan  Dendam Politik yang masih tersisa  paska Pilkada DKI 2017 seperti yang saya sebut di awal tulisan.