Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kenapa Harus ke Taman Mini Indonesia Indah?

16 Maret 2015   01:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:36 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_355381" align="aligncenter" width="491" caption="Taman Mini Indonesia Indah - Miniatur Indonesia (Sumber foto: koleksi pribadi/ www.kompasiana.com/roelly87)"][/caption]

MINIATUR Indonesia yang sebenarnya. Itulah kesan saya saat mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tiga tahun lalu. Tepatnya ketika menghadiri Pameran Filateli yang diselenggarakan Kompasianer Christie Damayanti pada 16 Agustus 2012. Bagi saya, TMII bukanlah tempat rekreasi yang asing. Sebab, sejak kecil saya sudah sering mengunjungi taman wisata yang diresmikan Ibu Tien Soeharto pada 20 April 1975 ini.

Teranyar, saya menjadi saksi saat Kompasiana menyelenggarakan HUT keenam pada 22 November lalu. Kebetulan, dalam acara yang bertajuk Kompasianival: Aksi Untuk Indonesia itu bertempat di Gedung Sasono, TMII. Jadi, saya memiliki banyak cerita tentang TMII. Baik itu ketika mengunjunginya sendiri, bersama keluarga, rekan Kompasianer, dan juga orang terdekat. Hingga, terlintas pertanyaan dari dalam hati. Kenapa harus ke TMII?

Jawabannya, tentu saja mudah. Salah satunya adalah faktor harga yang relatif terjangkau serta lokasinya strategis. Ya, TMII bisa dikatakan sebagai salah satu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi masyarakat luas. Tidak hanya warga DKI Jakarta saja. Melainkan, dari seluruh penjuru Tanah Air. Bahkan, wisatawan mancanegara pun begitu antusias mengelilingi tempat rekreasi keluarga seluas kurang lebih 150 hektar ini. Itu karena TMII juga ditujukan untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.

Maklum, berdasarkan sejarahnya, TMII dibangun untuk mengenalkan kepada seluruh rakyat di nusantara mengenai Indonesia yang seutuhnya dalam versi mini. Selain Teater Keong Mas, beberapa taman, museum, dan sarana rekreasi, di TMII juga terdapat anjungan daerah yang mewakili 33 provinsi di Indonesia. Jadi, secara tidak langsung, kita dapat mengetahui keanekaragaman suku dan budaya yang ada di Tanah Air yang turut merekatkan pengunjung dengan budaya bangsa ini.

Misalnya, saya yang ingin tahu mengenai adat Minangkabau, bisa mendatangi anjungan Sumatera Barat (Sumbar). Dalam anjungan itu, terdapat Rumah Gadang khas Sumbar yang setiap hari buka pada pukul 08.00-18.00 WIB. Di dalam balairung, kita dapat menyaksikan sejarah Minang dan juga berbagai aktivitas kesenian yang ada. Termasuk disajikannya beberapa aspek tradisional meliputi busana adat, pelaminan pengantin, kain Songket Silungkang, dan seperangkat alat musik Talempong.

Begitu juga jika saya ingin mengetahui lebih dalam mengenai adat Toraja. Saya bisa mendatanginya ke anjungan Sulawesi Selatan (Sulsel). Dalam anjungan tersebut, tidak hanya diperlihatkan seluk-beluk adat Toraja saja. Melainkan juga tiga suku lainnya yang terdapat di Sulsel, yaitu Bugis, Makassar, dan Mandar. Yang menarik, di dalam rumah adat Toraja, kita bakal mengetahui bahwa pada umumnya, rumah adatnya menghadap ke utara. Bahkan, terdapat kuburan keluarga yang terletak di liang-liang batu pada bukit-bukit terjal.

Bagaimana dengan Jakarta? Tentu saja ada. Meskipun TMII terletak di Jakarta, tepatnya di Jalan Raya Taman Mini, Jakarta Timur, bukan berarti tidak ada anjungannya. Kebetulan, letaknya tidak jauh dari pintu masuk dan berada di belakang Gedung Sasono. Dalam anjungan DKI Jakarta, ada rumah khas suku Betawi tempo dulu. Di dalamnya terdapat beberapa manekin yang memakai busana khas Betawi disertai deretan alat musik, kesenian, maket, dan foto tentang sejarah Jakarta.

Itulah tiga anjungan dari total 33 anjungan yang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Yang menarik, anjungan tersebut lokasinya seperti mengelilingi danau buatan yang di tengahnya terdapat miniatur pulau-pulau Indonesia yang terbagi dalam enam zona: Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Jelas, bagi pengunjung termasuk saya, dengan berwisata ke TMII dan mengeliling danau yang di sekitarnya terdapat anjungan perwakilan provinsi seluruh nusantara, secara tidak langsung sudah mengelilingi Indonesia. Jadi, kita tidak perlu mengeluarkan dana jutaan rupiah dan butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa mendatangi satu per satu provinsi di Tanah Air. Melainkan, cukup membayar Rp 10.000 di pintu masuk bisa berkeliling Indonesia dalam satu hari.

Ya, harga tiket yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat membuat TMII bukan lagi menjadi alternatif wisata. Melainkan, tempat wisata yang 20 April mendatang merayakan HUT ke-40 ini sudah menjadi tujuan utama bagi keluarga, pelajar, dan anak muda. Jadi, mungkin pertanyaannya bukan "kenapa harus ke TMII?", melainkan, "kapan lagi Anda kembali ke TMII?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun