Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Dari Tragedi Pilu dan Perdamaian Palu

5 Desember 2019   05:17 Diperbarui: 5 Desember 2019   13:52 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyelami keindahan bawah laut desa Tolisetubuno (dok. Aul)

Pagi menjelang, kala kapal feri telah bersandar di Pelabuhan Tinakin, Banggai Laut. Aku berjalan keluar mencari masjid untuk menunaikan salat subuh. Sebelum salat, aku telah menginfokan Asdar, jika aku menunggu di masjid depan pelabuhan.

Asdar, Kasman Ando, dan Arhy Kafas adalah adik angkatanku di satu jurusan dari universitas terbesar di Kawasan Timur Indonesia, sedangkan Aul adalah kawan angkatanku. 

Mereka yang berbaik hati menemani perjalananku selama berada di Banggai Laut. Mulai dari menyelami keindahan Desa Tolisetubuno Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Laut. 

Saat menyelam, aku melihat karang hasil transplantasi oleh pemda setempat. Aku juga diajak untuk melihat ikan khas Banggai Laut yakni Banggai Cardinal Fish yang sedang dibudidayakan. 

Menyelami keindahan bawah laut desa Tolisetubuno (dok. Aul)
Menyelami keindahan bawah laut desa Tolisetubuno (dok. Aul)
Malamnya mereka mengajak aku nongkrong di spot favorit anak-anak Banggai Laut yakni taman kota sambil menikmati pisang goreng dan teh manis. Tak mempan nostalgia, bila tidak dicampuri dengan bumbu cerita tentang "kenakalan" saat kuliah dulu. 

Kasman Ando mengajakku menikmati lobster. Sayang beribu sayang, ajakannya aku tolak. Bukan karena ada menu lain yang lebih menarik untuk lidah, tapi karena sesuatu di luar hasrat kuliner. 

Perjalananku masih panjang. Besok pagi, aku harus menempuh perjalanan Banggai Laut - Luwuk via laut dan dilanjutkan Luwuk - Palu via darat. Sebenarnya, andai ada tambahan hari, menikmati lobster harus menjadi daftar atas untuk dijalani. Mungkin lain kali.

Bersama teman-teman Kelautan Unhas di Banggai Laut (dok. pribadi)
Bersama teman-teman Kelautan Unhas di Banggai Laut (dok. pribadi)
Tiba di Pelabuhan Luwuk, supir mobil telah menjemputku, dan langsung menuju Kota Palu. Berangkat dari Luwuk, 20.48 WITA dengan harga sewa mobil Rp 250.000 per orang. Melewati malam, dengan tidur di jok, dan akan tiba esok pagi sekitar 08.00 WITA. Begitu saja, bagian ini tak ada yang patut kuceritakan. 

Tiba di Palu, aku langsung ke penginapan. "Mungkin siang atau sore hari, aku akan menjelajah kota ini." Begitu yang terbetik dalam opsi rencanaku. 

Di Palu, kuliner yang membuatku penasaran adalah kaledo. Aku pun mencoba menikmati kaledo stereo yang terletak di Jalan Diponegoro. Begitu kaledo terhidang di meja, aku mengurai perkiraan, "Jangan-jangan kaledo dan karedok sama, cuma beda di huruf ketiga dan tambahan satu huruf akhir." 

Ternyata sangat berbeda. Kaledo berasal dari Sulawesi Tengah, sedangkan karedok dari Jawa Barat. Bahan dasarnya pun berbeda. Karedok bahan utamanya berupa sayuran mentah seperti mentimun, taoge, kol, kacang panjang, daun kemangi, dan terong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun