Yang membuat saya trenyuh, dari beberapa kiai tersebut, yakni kiai di Pesantren Cibeunteur, pernah menolak bantuan dari pemerintah.
 Hal itu berlangsung setidaknya hingga saya meninggalkan Kota Banjar tahun 2013. Padahal saya tahu, pesantren tersebut sangat membutuhkan dana untuk pengembangan pesantrennya.
Kini, kiai atau para guru yang saya kenal itu semuanya sudah tiada. Namun demikian, sikap dan cara mereka yang lemah lembut ketika mengajarkan kebaikan dan menberikan pelita bagi santri dan tamunya, selalu saya ingat.
Saya terus terang kangen mereka, karena kiai yang bermunculan sekarang tidak seperti mereka....
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!