Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Sudah Biasa Rasis, Salah Siapa?

24 Agustus 2019   20:40 Diperbarui: 24 Agustus 2019   21:08 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa sedang belajar bersama. Dokpri.

Bahasa anak, gaya bicara, bahkan "ungkapan-ungkapan" yang sering anak sampaikan di masyarakat maupun di sekolah sebagian besar berasal dari ajaran orang tuanya di rumah. Jika anak sopan dan berkata-kata yang baik, berarti orang tuanya senantiasa mengajarkan adab berbicara dan kesopanan.

Begitupun sebaliknya, jika anak sering mencela, memaki, bahkan menghina dengan kata-kata kotor, berarti mereka sudah  diajarkan adab berbicara yang buruk oleh orang tuanya. Jikapun tidak diajarkan langsung, berarti anak itu selama bersama dengan orang tua selalu mendengar kata-kata "unfaedah".

Sungguh, sikap anak sejatinya adalah manifestasi dari orang tuanya. Lagi-lagi ini adalah pembiasaan orang tua, baik ayah maupun ibu. Jika mereka terbiasa bercakap-cakap dengan kalimat-kalimat "kotor" dan cela, maka anak akan taklid. 

Begitupun dengan rasisme. Jika orang  tua sering mengumbar hinaan, celaan, diskriminasi, bahkan menganggap perihal itu biasa, maka akan tertularlah dengan anaknya. Seakan-akan gen rasis orang tua dapat diwarisi oleh anak-anaknya.

Inilah dasar mengapa "bekal" itu penting bagi pasangan sebelum menikah. Yaitu kemantapan adab, moral dan akhlak. Uniknya, perihal ini tidak bisa ditempa kecuali dengan pembiasaan. Jika calon suami terbiasa baik, maka akan mendapatkan calon istri yang baik, karena sungguh laki-laki yang baik hanyalah untuk perempuan yang baik. Dengan kebaikan ini tentu akan menghasilkan anak yang baik pula.

Jika anak terbiasa berbuat baik, diajarkan yang baik-baik, kedepannya mereka anak mempunyai prinsip yang baik pula, begitupun dengan prinsip no racism. Ini sangat berguna ketika anak berada di masyarakat.

 Ya, namanya hidup dimasyarakat, kita tidak selalu melihat kebaikan. Menoleh ke kiri, kadang terlihat orang sedang mengumpat. Menoleh ke kanan, kadang terlihat orang sedang rusuh. Kita harus punya prinsip, agar tidak mudah terpengaruh dengan keburukan.

Dengan membekali anak agar tidak rasis, berarti kita telah mengupayakan terbentuknya persatuan dan kesatuan bangsa. Karena sungguh benar bahwa kita semua bersaudara. Tidak perlu rasis kepada orang lain, karena kita berasal dari 1 rahim, yaitu Indonesia.

Referensi: 1

Salam.
Ozy Vebry Alandika. 24 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun