Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Sudah Biasa Rasis, Salah Siapa?

24 Agustus 2019   20:40 Diperbarui: 24 Agustus 2019   21:08 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa sedang belajar bersama. Dokpri.

Iblis telah melakukan tindakan rasis yang membuat Allah murka hingga Iblis terlempar dari surga. Perihal ini ditegaskan pula oleh Dr. Wazni (dosen Islamic Call College@islami.co), yang menyatakan bahwa Iblis mengumbar rasis dengan sentimen "asal usul" dimana mereka merasa lebih baik karena diciptakan dari api. Sedangkan asal usul manusia (Adam), adalah dari tanah.

Lalu bagaimana jadinya dengan  anak kita, anak disekitar kita, dan generasi muda bangsa ini jika senantiasa mengumbar rasis? Jangan sampai Tuhan murka!

Guru: Cegah Rasisme di Sekolah

Guru sebagai pendidik, motivator, hingga teladan anak harus mengajarkan ilmu, adab, dan moral yang baik. Beberapa guru kadang  di cap "tradisional" dan killer karena gaya mengajarnya yang serius dan monoton. Anak-anak akan sangat senang jika guru itu humoris dan tidak emosional. Maka darinya, beberapa guru berusaha untuk menyelipkan humor untuk mencairkan suasana belajar.

Sayangnya, sebagian dari humor itu mengandung celaan bahkan rasis. Misalnya, seorang guru membuat humor dengan mencela anak yang paling pendek di kelas, yang paling gemuk di kelas, hingga adapula guru yang bawa-bawa orang tua hingga kakek-nenek anak itu. Kalau celaan humor ini masih edukasional tentu kita memaklumi. Seperti menyindir anak-anak yang tidak buat PR, mendapat nilai nol, ataupun rambut yang tidak rapi. Eh, tapi koruptor rambut dan pakaiannya rapi-rapi pak! Uppss.

Celaan yang mengandung diskriminasi dan rasis jika dibiarkan akan membuat anak/siswa "terbiasa" rasisme. Walaupun hanya sekedar candaan dan humor, tapi jika sudah mengarah kepada etnis, suku, bentuk fisik, bahkan agama akan sangat "sensitif" dan bisa berakibat konflik. 

Jika masih sebatas pelajar, konflik yang terjadi akibat diskriminasi dan rasis beberapa kali masih bisa di cegah oleh guru. Namun, jika pelajar yang mengumbar rasisme sudah "naik kelas" tentu akan mengganggu persatuan dan kerukunan bangsa.

Maka dari itu, guru sebagai orang  yang  bertanggung jawab terhadap siswa saat disekolah perlu menjunjung tinggi keberagaman dan "Takdir Tuhan". Guru mesti menanamkan makna bahwa kekurangan dari segi fisik bukan untuk di cela, melainkan untuk bersyukur. Guru mesti meluruskan pemikiran siswa bahwa perbedaan SARA bukanlah alat untuk ditentangkan, melainkan untuk dipelajari dan di kenal.

Guru harus peka dan senantiasa mencegah rasisme siswa, walaupun itu sepele. Jika sejak dini siswa diajarkan untuk tidak berbicara "rasis", maka nanti ketika ia dewasa akan lebih bijaksana dalam bersikap.

Orang tua: Cegah Rasisme di Keluarga dan Masyarakat

Tak hanya guru, orang tua juga mempunyai peran penting untuk mencegah anak-anak berperilaku rasis. Terang saja, orang tua setiap saat bertatap muka dengan anak, mengajarkan anak, dan membiasakan anak untuk berperilaku. Entah baik atau buruk ajarannya tergantung dari orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun