Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kemarau dan Debu Jalanan

28 Februari 2020   12:15 Diperbarui: 28 Februari 2020   12:14 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : Pixabay.com/pghuman)

tertinggal sudah
kemarau sudah kutinggalkan di belakang

ketika ku menimba air untuk kulumpuhkan debu-debu jalanan

bersama keranjang usang
tak harus kutendang redupan terjengkang

buah-buahku menunggu kumatangkan
dalam dekapan hangat pikiran

sekalipun langit mulau di gelapkan awan
dan dalam rintik hujan di depan

namun ini masih episode yang sama
tentang kemarau dan debu jalanan
yang menggelayuti perasaan

(Banyuwangi, Sabtu 25 Oktober 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun