Mohon tunggu...
Noviyanti Mpii
Noviyanti Mpii Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bullying di Sekitar Pelajar

12 Agustus 2017   13:11 Diperbarui: 12 Agustus 2017   13:18 2320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa si Bullying itu? Bullyingadalah fenomena yang marak terjadi di kalangan pelajar saat ini. Pelaku bullying biasanya akan mengintiminasi/mengejek korban temannya sehingga korban tersebut merasa jengkel. Atau lebih parahnya, korban bullying akan mengalami depresi sehingga akan timbul rasa tertekan dan ingin bunuh diri. Tidak bisa dipungkiri juga, korban bullying akan jatuh prestasinya di sekolah karena merasa tertekan sering di bully oleh pelaku. 

Pengertian bullying sebagai kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan sekelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai dan menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma atau depresi tidak berdaya. Bullying biasanya dilakukan berulang sebagai suatu ancaman, atau paksaan dari diri seseorang atau kelompok terhadap seseorang atau kelompok lain. Korban bullying biasanya memang telah diposisikan sebagai target. Bullying sering kita temui pada hubungan sosial yang bersifat subordinat antara senior dan junior.

Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabad-abad, bullying tidak menerima perhatian penelitian signifikan sampai tahun 1970-an (Olweus, 1978). Professor dan Olweus adalah ilmuan pertama yang memfokuskan diri pada topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya pada literatur bullying. Banyak penelitian Olweus menjelaskan mengapa beberapa anak  melakukan bullying dan mengapa beberapa lainnya menjadi korban bullying. Bukan itu saja, Olweus juga menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat direduksi secara signifikan. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat penting.

Akhir-akhir ini terjadi aksi bullying yang memakai kekerasan mengakibatkan korban kehilangan nyawanya. Mirisnya, ada alangan pelajar Sekolah Dasar yang melakukan hal ini. Bullying secara fisik ini seperti memukuli, mencekik, menyikut, meninju, menendang, mencakar serta  meludahi korban hingga ke posisi yang menyakitkan. Anak yang biasanya melakukan bullying ini merupakan anak yang  paling bermasalah dan cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.

Bukan hanya bullying fisik yang marak terjadi, namun ada beberapa aksi bullying yaitu bullying secara verbal yang berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Aksi bullying secara verbal satu jenis yang paling mudah dilakukan, langkah pertama menuju pada kekerasan. Saat ini banyak kejadian dimana korban bullying frustasi dan menyebabkan mereka bunuh diri. Rata-rata diantara nya mereka melakukan aksi bullying secara verbal ini.

Selain itu ada bullying relasional digunakan untuk mengasingkan atau menolak seseorang teman atau bahkan merusak persahabatan. Bullying secara relasional adalah pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan seksual. Terakhir adanya bullying elektronik, bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik. Biasanya dilakukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, gambar atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.

Faktor penyebab mengapa seseorang berbuat bullying. Umumnya orang melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, dendam dan sebagainya. Faktor keluarga menjadi salah satu faktor yang menjadikan seseorang berperilaku bullying. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga agresif dan berlaku kasar akan meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan orangtua kepada anak-anak menjadi contoh perilaku. Hal ini juga diperparan dengan kurangnya kasih sayang dan tiadanya dukungan dan pengarahan membuat anak memiliki kesempatan untuk menjadi seseorang pelaku bullying.

Faktor kepribadian juga penyebab anak melakukan bullying. Temperamen adalah karakteristik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon emosional. Seseorag yang aktif dan impulsive lebih mungkin untuk berlaku bullying di bandingkan orang pasif dan pemalu. Faktor sekolah bisa menjadi faktor bullying yang dilihat dari tingkat pengawasan sekolah yang menentukan seberapa banyak dan seringnya terjadi peristiwa bullying. Sebagaimana rendahnya tingkat pengawasan di rumah, rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan berkembangnya perilaku bullying di kalangan siswa. Pentingnya pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan dilapangan, karena tempat tersebut perilaku bullying kerap dilakukan.  

Upaya mencegah dan mengatasi bullying disekolah bisa dimulai dengan :

  1. Menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar yang baik. Menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa takut, melalui pendidikan pendidikan karakter, menciptakan kebijakan pencegahan bullyng di sekolah dengan melibatkan siswa menciptakan sekolah model penerapan sistem anti-bullying.
  2. Menata lingkungan sekolah dengan baik. Anak didik akan merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu siswa untuk pencegahan bullying.
  3. Dukungan sekolah terhadap kegiatan positif siswa. Dukung kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengadujan atau forum dialog antar siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah dan  membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.

Kasus bullying terjadi saat ini membawa si korban menjadi sangat depresi. Orangtua juga harus membantu anak, tanamkan hal supaya terhidar dari tindakan bullying di sekitarnya. Yaitu dengan cara menasehati hal-hal tersebut :

  1. Jangan merespon. Para perilaku bullying sangat menunggu korban terpancing emosi. Maka dari itu, ajarkan anak agar untuk tidak merespon aksi pelaku.
  2. Jangan membalas aksi pelaku.  Membalas apa yang dilakukan pelaku akan membuat anak ikut menjadi pelaku dan semakin menyuburkan aksi pelaku.
  3. Adukan kepada orang yang dipercaya. Minta anak melaporkan pada orangtua, guru atau  tenaga konseling  disekolah. Selain mengamankan korban, tindakan ini akan membantu memperbaiki sikap mental pelaku.
  4. Selalu bersikap sopan di dunia maya. Perilaku yang buruk seperti membicarakan orang lain, bergosip, atau memfitnah akan meningkatkan resiko seseorang menjadi korban bully.
  5. Jadikanlah teman, jangan hanya diam. Ikut meneruskan pesan fitnah atau hanya diam dan tidak berbuat apa-apa akan menyuburkan aksi bullying dan menyakiti perasaan korban.

Harapan kita, kasus bullying bisa diminimalisir dengan cara menanamkan hal-hal baik kepada anak didik. Bukan hanya tugas guru namun orangtua harus bisa juga merangkul anak-anak agar hal yang tidak diinginkan terjadi.

Noviyanti 201413500079

Universitas Indraprasta PGRI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun