Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rahasia

13 Februari 2020   19:09 Diperbarui: 13 Februari 2020   19:08 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menuju terbenamnya matahari. Untuk mencari sedikit kegelapan. Sekarang, dunia terlalu berterus terang. Bahkan selangkangan pun diucapkan secara lantang.

Rahasia gunung yang dulu tersimpan di gelegak lava, kini berkeliaran sebagai lelucon di linimasa. Rahasia lautan yang hanya diketahui oleh badai dan taufan, sekarang dibongkar habis-habisan oleh buruknya ilmu pengetahuan. Rahasia bumi yang terpendam ribuan kaki, saat ini nyaris telanjang disajikan di meja-meja perjamuan.

Kalaupun ada yang namanya kotak pandora, yang tersimpan di dalamnya tak lebih dari sarang anai-anai dan jejak kecoa.

Jikapun ada yang disebut betapa misteriusnya cuaca, itu hanyalah hujan yang tergeser ke pinggiran, ke tempat-tempat di mana kemarau sebelumnya belingsatan.

Karena itu gelap, beserta malam yang menyertainya, adalah cara terbaik menenggelamkan rahasia. Termasuk duka yang terpaksa melarikan diri dari iris mata, dan juga huru-hara terjadinya cinta.

Jakarta, 13 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun