Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

21 Desember 2018   03:46 Diperbarui: 21 Desember 2018   04:17 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab XVI

Perang besar seringkali berdatang hilang
Mengikuti peradaban manusia yang memang tak lepas dari lintang pukang
Sejarah akan dicatat oleh sang pemenang
Meski kebenaran akan sulit sekali diungkapkan
Dan kebatilan belum tentu tersingkirkan

 

Bab XVII

Garahan, perbatasan Majapahit-Blambangan.  Persiapan luar biasa ada di kedua belah pihak yang sedang bertikai.  Perang besar sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.  Majapahit benar benar mempersiapkan diri untuk menyerang Blambangan.  Sementara Blambangan juga telah bersiap siap menahan serangan.  Markas perbatasan yang dibangun oleh Majapahit sudah dipenuhi oleh pasukan reguler dan Sayap Sima.

2000 orang pasukan reguler yang dipimpin oleh seorang panglima perang terdiri dari 1000 pasukan darat dan 1000 pasukan berkuda telah bersiap menunggu perintah untuk menyerang.  200 orang pasukan Sayap Sima yang tangguh  juga  telah berkumpul semua di markas.  

Dipimpin langsung oleh Ki Tunggal Jiwo dan diperkuat oleh Argani, Aswangga, Ki Biantara, Maesa Amuk, Bledug Awu Awu dan Sepasang Siluman Lembah Muria.  Tampak juga Dyah Puspita diantara mereka. Gadis cantik itu sama sekali tidak kelihatan bersemangat, wajahnya yang ayu terlihat kuyu.  Tubuhnya jauh lebih kurus dibandingkan dulu. 

Di lain pihak, Blambangan juga telah menyiagakan pasukan yang tidak kalah kuat.  1000 pasukan berkuda ditambah 500 pasukan reguler.  Selain itu, 500 anggota perkumpulan Malaikat Darah, 200 pasukan Istana Laut Utara dan 20 pasukan khusus Penakluk Sukma dari Nusakambangan.  Dipimpin oleh Ki Hangkara yang sakti dibantu oleh Tiga Danyang Kawah Ijen dan murid keponakannya yang manis Arawinda.  

Bergabung juga Malaikat Darah Berbaju Merah beserta 4 pembantunya, Raja Iblis Nusakambangan, Laksamana Utara beserta putrinya yang cantik, Putri Anjani.  Bergabung juga Lima Begal Garahan yang kini tinggal bertiga.  Bahkan nampak nenek sihir sakti Nyai Genduk Roban di antara mereka. 

Benar benar hampir seluruh tokoh sakti tanah Jawa berkumpul di Alas Garahan.  Tak terbayangkan seperti apa jalannya pertempuran yang akan terjadi.  Pasukan yang jumlahnya ribuan dan dipimpin oleh panglima panglima perang berpengalaman.  Ahli ahli silat tangguh dan sihir sihir hebat yang tak terbayangkan.  Semua akan bergumul di Alas Gung Liwang Liwung ini.

Pagi itu hujan deras datang dengan tiba tiba.  Langit benar benar murung.  Anak anak petir dikirimkan secara bertubi tubi ke bumi.  Di tengah cuaca menakutkan itu, markas besar perbatasan Kerajaaan Blambangan sedang diramaikan dengan sebuah pertemuan besar.  Sebuah meja panjang di aula dipenuhi oleh orang orang penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun