Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

7 Desember 2018   00:19 Diperbarui: 7 Desember 2018   06:20 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pangeran, buatlah ini menjadi lebih menarik.  Kalian bertiga boleh saling bertempur.  Aturannya tetap sama.  Siapa di antara dua gadis ini yang sanggup bertahan lebih dari lima jurus di atas panggung ini, maka dia berhak untuk diterima sebagai pengawal istana..." Ki Mandara mengedipkan matanya ke Panglima Candraloka.  Sang Panglima yang paham kewaskitaan sang mahaguru, mengangguk anggukkan kepalanya,"Sang Mahaguru Ki Mandara yang kali ini akan menjadi wasitnya secara khusus..."

Suasana menjadi tegang sekarang.  Dewi Mulia Ratri mundur dua langkah.  Andika Sinatria juga melakukan hal yang sama.  Gadis manis berbaju merah bahkan mundur lebih dari tiga langkah.  Ketiganya saling menatap bergantian dengan waspada.  Meskipun masih muda, Andika Sinatria tahu bahwa dua orang gadis jelita ini bukanlah lawan sembarangan.  Dia tidak mau ceroboh dan dipermalukan di depan umum.  Jurus Lampah Dangdaunan sepertinya cocok untuk situasi sekarang.  Dia akan bertahan terhadap semua serangan sekaligus juga akan memanfaatkan kesempatan pada saat lawan lawan lemah dengan menggunakan jurus Lengkah Maung Kalaparan.  

Dewi Mulia Ratri  terlihat berseri seri.  Inilah kesempatan langka yang dicari-carinya.  Menguji ilmu yang digemblengnya selama bertahun tahun di padepokan Sanggabuana.  Dan tentu saja, kesempatan untuk menguji apa yang diajarkan oleh Ki Biantara, Sang Pendekar Pena Menawan.  Dia tidak mau main main.  Jurus Pena Menggores Langit disiapkannya untuk menghadapi pertandingan segitiga ini.  Dikeluarkannya sebuah alat lukis dari balik bajunya.  Jurus ini hanya cocok digunakan dengan senjata unik ini.  

Gadis manis berbaju merah yang misterius itu juga terlihat sangat serius. Memasang kuda kuda yang terlihat sangat kokoh.  Kaki kiri tertekuk ke belakang, tangan kanan di depan dada dan tangan kiri memegang sebuah kipas berwarna merah.  Kipasnya diayunkan pelan-pelan.  Namun suara menderu pelan keluar dari angin yang ditimbulkannya. 

Ki Mandara terperanjat bukan main! Dia sudah menduga bahwa dua gadis ini pastilah bukan murid orang sembarangan.  Namun tidak menyangka sama sekali bahwa hari ini dia akan menyaksikan kemunculan ilmu ilmu yang telah dikenalnya dengan baik sejak puluhan tahun lalu.  Gadis cantik berbaju putih itu pasti murid tokoh yang dikenalnya dengan baik, Ki Biantara sang Pendekar Pena Menawan.  Sedangkan gadis manis berbaju merah itu malah lebih mengherankannya.  Angin menderu pelan yang keluar dari gerakan kipasnya tidak salah lagi adalah jurus Badai Laut Utara.  Gadis ini pasti murid Laksamana Utara! Tokoh penting yang terkenal di dunia persilatan sejak kegagalan invasi kekaisaran Cina puluhan tahun lalu.  Dia semakin tertarik menyaksikan akhir pertandingan yang pasti sangat seru ini.

Gadis berbaju merah memulai serangannya dengan dahsyat kepada..... Dewi Mulia Ratri!  Kipasnya membentuk gerakan melingkar lingkar luar biasa. Tiupan angin yang ditimbulkannya benar benar seperti badai lautan.  Dewi Mulia Ratri awalnya kaget bukan kepalang.  Namun dia segera bersikap tenang dan melayani serangan itu dengan gerakan jurus Pena Menggores Langit.  Alat lukis di tangannya berubah menjadi gulungan hitam ketika jurus itu dimainkan.  Jurus ini terlihat begitu lembut dan gemulai.  Seperti gerakan orang melukis pemandangan yang indah.  Namun di saat lain, berubah menjadi sangat garang, seperti orang yang sedang melukis kemarahan. 


Andika Sinatria menyaksikan ini dengan hati kagum.  Lawan lawan yang berat pikirnya.  Dia ingin menyaksikan pertandingan ini sampai sejauh mana sebelum terjun ke dalamnya.  Namun dia terperanjat bukan main ketika secara bersamaan dua gadis itu mengarahkan serangan kepadanya!  Sambil meloncat ke belakang menghindari serangan, pangeran tampan itu mulai memainkan jurus Lampah Dangdaunan.  Terjadilah pertandingan yang luar biasa seru! Bergantian mereka saling serang.  Di suatu saat, Dewi Mulia Ratri saling serang dengan gadis berbaju merah.  Saat lain, gadis berbaju merah itu menyerang Andika Sinatria.  Saat lain lagi, sang pangeran tampan menyerang Dewi Mulia Ratri.  Begitu terus bergantian seperti tak ada habis habisnya.

Belasan jurus telah berlalu.  Belum ada tanda tanda siapa yang terdesak.  Pertandingan semakin meningkat dengan hebat.  Angin yang ditimbulkan kipas gadis berbaju merah itu semakin lama semakin berwujud dahsyat! Angin puting beliung! Alat lukis di tangan Dewi Mulia Ratri juga semakin besar dan lebar gulungannya.  Membentuk awan hitam berbentuk naga yang sedang marah.  Dewi Mulia Ratri mulai memasukkan sihirnya dalam setiap serangan yang dilakukannya.  Andika Sinatria tidak mau kalah.  Dua jurus andalannya sekarang digabung menjadi satu.  Lampah Dangdaunan digabung dengan Lengkah Maung Kalaparan.

Pemandangan dari pertempuran dahsyat itu sangat indah.  Awan hitam berbentuk naga besar berkibar kibar dihantam angin ribut, dipadu dengan raungan kencang seeekor harimau yang melompat kesana kemari tanpa henti.  Lima puluh jurus berlalu.  Masih juga belum ada tanda tanda siapa yang terdesak.  Ki Mandara dan Panglima Candraloka kagum bukan main! Tiga orang muda yang hebat! Pikir mereka dengan takjub.  Namun Ki Mandara menyadari bahwa jika pertandingan ini dilanjutkan, maka satu di antara mereka pasti ada yang terluka hebat atau bahkan tewas.  Dia maju ke depan.

"Cukup!! Hentikan! ......" Tangannya didorongkan ke depan.  Tiga orang muda yang sedang bertanding ini seperti didorong oleh kekuatan yang tidak terlihat.  Ketiganya kini berdiri berjajar menghadap ke arah Ki Mandara yang tersenyum lebar sambil bertepuk tangan,"Luar biasa...luar biasa!  Kalian anak anak muda yang hebat!"  Sambil melompat ke arah panggung dan melanjutkan perkataannya,"Anak baik, apa hubunganmu dengan Padepokan Sanggabuana dan Biantara?" tatapnya ke Dewi Mulia Ratri.  Beralih ke gadis berbaju merah,"Dan apa hubunganmu dengan sang perkasa Laksamana Utara?"  

"Saya putri dari Pendekar Sanggabuana Ki, Pendekar Pena Menawan adalah guru saya." Jawab Dewi Mulia Ratri sambil membungkukkan tubuhnya dengan sopan.  Dia mengerti sekarang bahwa yang ada di hadapannya adalah tokoh nomor satu di lingkungan Garda Kujang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun