Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serial Na | Jalan Hidup Dua Sahabat

19 September 2019   06:00 Diperbarui: 19 September 2019   06:07 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hihihi... aku nggak berubah ya Na? Aku juga pingin cuek kayak kamu. sebodo teuing sama kata orang. Harusnya aku gitu ya Na?"

Na tersenyum. Ah, dimana-mana teman-teman selalu melabel dia perempuan cuek dan santai. Bahkan banyak yang iri melihat kesantaiannya.

"Nik, aku sebenarnya cuek banget juga nggak. Aku cuma sadar kalau nggak begitu, aku susah sendiri. Aku sakit sendiri... karena aku nggak punya apa-apa. Aku berusaha merasa cukup. Hmm sesederhana itu cara pikirku, " ucap Na sembari menuang kecap soyu ke mangkuk kecil. Na yang pendiam memang dewasa ketika bicara tentang hidup.

"Ah, jangan begitu.. kamu punya segalanya Na. Suami yang baik, anak-anak yang lucu, semua mapan dan stabil. Aku ini yang nggak jelas Na. Kerja gubrak-gabruk, rumah kacau, cari pengasuh susah, mau resign aku belum siap." Suara Nik lirih. Ada kebimbangan besar di hatinya.

 Na menuangkan teh ocha kemudian menyodorkan untuk Nik. Nik segera menyesap teh hijau dingin tersebut.

"Nik.. itu yang kamu lihat saja loh. Yang tampak dari luar. Belum tentu rasa bahagia itu datang bersamaan dengan deretan penampakan indah itu." Kali ini Na tampak serius berkata-kata.


"Semua adalah proses hidup Nik... ada yang berproses dulu, sakit dulu, tapi ada yang indah dulu baru kemudian ditempa dan diproses. Hidup sebenarnya pengulangan proses itu Nik..." timpal Na.

"Aku masuk ke yang diproses dulu Nik. Orang bilang aku nikah di UP (usia panik). Hampir juga tak laku. Rasanya berat loh Nik ngadepin yang namanya quarter life crisis. Percaya deh! " lanjut Na.

 "Masa?", Nik terkesiap dengan curhat Na barusan.

"Lah... kamu nggak pernah merasakan sih Nik. Kamu bayangin deh lulus kuliah cumlaude, sudah kerja, mapan, umur cukup tapi jomblo ngenes. Pacar nggak ada. Cari juga nggak gampang. Hampa. Hambar. Nggak tahu tujuan hidup. Serem membayangkan masa depan seperti apa. Sementara tekanan pekerjaan, keluarga, dan lingkungan sekitar itu berat." Kali ini Na berkata dengan lirih. Ingatannya melayang ke masa pahit dan menegangkan dalam hidupnya.

 "Bener juga ya, Na... beruntung aku langsung nikah waktu itu." timpal Nik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun