Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

KPK, Jokowi, dan Masyarakat Sipil, Perjuangan yang Belum Berakhir

15 September 2019   13:41 Diperbarui: 16 September 2019   08:53 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi menabur bunga di sekitar keranda hitam dan bendera kuning, di kantor KPK, Jakarta, Jumat (13/9/2019). Aksi tersebut sebagai wujud rasa berduka terhadap pihak-pihak yang diduga telah melemahkan KPK dengan terpilihnya pimpinan KPK yang baru serta revisi UU KPK. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Di sisi lain, terdapat beberapa bagian dari masyarakat sipil yang berani berdiri, memikirkan hal progresif, berorientasi pada hak masyarakat sipil, dan warga yang berani mengatakan dengan tegas isu-isu yang ada di masyarakat terkait berbagai isu kemanusiaan. Perjuangan mereka (kita) penuh dengan tantangan.

Ruang-ruang masyarakat sipil juga mengalami tantangan. Studi di atas menunjukkan bahwa sekitar setengah dari 111 negara mengalami ancaman pada perwujudan hak sipil warga.

Hanya 4 % dari warga dunia tetap memiliki kebebasan masyarakat sipil yang dasar, sebagai kelompok yang berasosiasi, mereka yang dihargai pendapatnya. Situasinya adalah banyak Pemilu diwarnai penguasaan kekuataan oleh kelompok kanan.

Perjuangan masyarakat sipil tampaknya perlu membangun solusi positif ketimbang melawan politisi. Tentu ini juga tidak mudah mengingat kekuasaan politisi saat ini sangat menentukan poilitik secara makro.

Studi di atas tidak menyarankan masyarakat sipil berpindah ke sistem yang rusak atau mundur dari sistem yang ada, melainkan bersama-sama membangun pemahaman yang sama akan situasi yang ada dan melakukan solusi bersama melalui gerakan yang damai.

Demo di jalan dianggap sudah tidak efektif karena seringkali ditumpangi kelompok yang hendak memanfaatkan situasi.

Mengapa Saya Tidak Percaya Denny Siregar soal Taliban di KPK?
Sebagai pencetus kunci yang (seakan) mengancam secara mengerikan, penyebaran opini terkait kehadiran Taliban di tubuh KPK deras kita terima. Tak kurang, saya menerima dokumen soal tulisan Denny Siregar tentang bahaya Taliban di tubuh KPK dan bahwa Firli direkrut untuk membebaskan KPK dari Taliban.

Karena itu ditulis oleh Denny Siregar, maka kita, khususnya masyarakat sipil bisa saja mudah percaya. Tapi, saya tidak!

Perlu waktu bagi saya untuk memahami siapa Denny Siregar dan apa yang dia lakukan. Beberapa tulisan menyebutnya sebagai 'influencer' politik. Ini karena blognya berisi soal politik, soal tokoh politik dan dunia politik (Money Smart, 2019).

Kepada Money Smart, ia menyebut bahwa hidupnya juga ditopang dengan menulis, kontributor media online, konsultan tokoh dan partai politik, dan tentu saja sebagai pembicara di berbagai forum.

Selain itu, ada bisnis barunya yaitu membuka platform Baboo, suatu platform self-publishing yang berfokus pada penerbitan buku. Iapun juga dapat tawaran berbayar untuk menulis di blognya. Denny tidak hendak bergabung di politik, karena ia lebih menyenangi peran sebagai konsultan politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun