"Sangat pengertian..." desah Nyonya Calisa.
** Â Â Â
"Oh Calvin, aku pasti akan merindukanmu. Bagaimana kalau kamu ikut umrah saja bersamaku?" Nyonya Calisa spontan menghentikan langkah. Posisi mereka tinggal beberapa meter lagi dari ruang check in.
"Kamu ini..." Tuan Calvin tertawa. Memegang lembut tangan Nyonya Calisa.
"Aku kan sudah bilang. Aku tidak ingin merepotkan di sana. Bagaimana kalau terjadi apa-apa?"
"Biarkan saja. Aku tak merasa direpotkan. Kalau kamu kenapa-napa, aku yang merawatmu." balas Nyonya Calisa. Nampaknya tak rela berpisah dengan pria pendamping hidupnya.
"Calisa..." Tuan Calvin mendekatkan wajah, menatap lembut sepasang mata indah milik wanita jelitanya.
"Jika aku sudah sembuh, aku janji akan pergi umrah bersamamu. Kita ajak Clara juga."
Bukannya mendengarkan, Nyonya Calisa justru terpesona. Tuan Calvin sangat tampan. Kulit putih, paras oriental, dan raut wajah santun menyenangkan itu menghipnotisnya dengan kekaguman. Nyonya Calisa selalu jatuh cinta, lagi dan lagi pada pria baik hati di dekatnya ini.
"Aku percaya kamu akan menepati janji itu, Calvin." ujar Nyonya Calisa.
"Bunda...!"