Aku hanya berdiam diri
Membuka dan membaca hasil ujian sekolah si bungsu
Mengambil raport kenaikan kelas sang kakak
Benakku berkata sedih bercampur tanda tanya
Hasil ujian sekolah dengan nilai standar
Apa anakku kepandaianya standar ?
Hasil ujian kenaikan kelas yang terjun bebas
Apa sang kakak malas dalam belajar ?
Entahlah... Sebagai orang tua aku juga bingung
Atas pencapaian nilai ujian anak-anakku
Segala bimbingan telah di ikutkan
Segala kegiatan ektra telah di laksanakan
Apa ada yang salah dengan kurikulumnya ?
Apa ada yang kurang pada model pengajarannya ?
Aku berkutat pada kata mengapa dan kenapa
Rasa penasaran membangkitkan dalam penelusuran
Akhirnya tiga kata telah kutemukan
" Awas....."
" Kalau...."
" Nanti...."
Kata yang membuat setiap murid selalu terancam
Selalu tertekan dengan segala tugas sekolah
Kata yang menjadi beban harus di laksanakan
Kata yang akan berpengaruh pada nilai akhir
Semua pendidik pasti melontarkan kata itu
Semua siswa pasti merasakan nasehat itu
Merasakan tekanan dan ancaman di setiap harinya
Menjalankan perintahnya dengan hati keterpaksaan
Awas pintu gerbang di tutup pukul 06.30
Yang telat dilarang masuk
Kalau tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah
Jangan harap naik kelas atau lulus
Nanti yang belum bayar iuran sekolah
Tidak boleh Ikut ujian sekolah
Itulah bait kata yang selalu anakku bawa pulang
Hingga akupun timbul pertanyaan
Apakah mendidik harus dengan ancaman
Kenapa mendisiplinkan anak jelang ujian dengan kata penekanan