Mohon tunggu...
Inovasi

Adaptasi, Bentuk Pertahanan Diri

25 September 2017   20:27 Diperbarui: 25 September 2017   20:33 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumbuhan dan hewan adalah organisme multiseluler yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari -- hari. Kedua makhluk hidup tersebut melakukan suatu penyesuaian terhadap lingkungannya atau disebut adaptasi. Sebelum membahas lebih lanjut tentang adaptasi, saya akan membahas tentang apa itu jaringan.

Jaringan tumbuhan dibagi menjadi 2 berdasarkan aktivitas pembelahannya yaitu jaringan embrional (meristem) dan jaringan dewasa (permanen). Jaringan embrional (meristem) dibagi kembali berdasarkan asal dan posisinya. Berdasarkan asalnya, meristem primer adalah meristem yang berasal dari promeristem. Arah pertumbuhannya vertikal dan menyebabkan perpanjangan akar dan batang. Sedangkan meristem sekunder berasal dari sel -- sel dewasa, contohnya kambium. 

Berdasarkan posisinya, meristem dibagi menjadi 3, antara lain meristem apikal, meristem interkaler, dan meristem lateral. Meristem apikal terdapat di ujuang akar dan batang, sedangkan meristem interkaler terdapat di antara jaringan dewasa khususnya ruas -- ruas batang. Sedangkan, meristem lateral menyebabkan terjadinya pembesaran pada akar dan batang. Pembesaran tersebut terjadi karena adanya kambium pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae. Tumbuhan monokotil tetap dapat mengalami pembesaran batang dan akar walaupun kambium yang dimilikinya terbatas.

Ciri -- ciri jaringan meristem antara lain, selnya aktif membelah atau bertumbuh karena masih muda sehingga memiliki banyak sitoplasma sebagai sumber energi. Selain itu, agar pembelahan lebih cepat, ukuran sel kecil sehingga energi yang dibutuhkan lebih sedikit, dinding sel tipis agar tidak menghambat pertumbuhan, ukuran inti sel besar sehingga DNA banyak, akibatnya lebih mudah memberi perintah. Karena inti sel besar, organel lain kecil karena terbatasnya daya tampung.

Ciri -- ciri jaringan permanen antara lain, tidak membelah diri, selnya berukuran besar, vakuolanya banyak, sudah mengalami penebalan dinding, terkadang selnya sudah mati, dan punya ruang antar sel. Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi, jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pelindung, jaringan dasar (parenkim), jaringan penyokong (penguat), jaringan pengangkut, dan sekretori.

Jaringan hewan dibagi menjadi 4 yaitu, jaringan epitel, ikat, otot, dan saraf. Jaringan epitel memiliki sel yang berisi, tersusun rapat, dan tingkat regenerasi tinggi. Epitel berfungsi dalam transportasi zat, eskresi, dan pelindung. Jaringan epitel dibagi menjadi jaringan epitel pipih, kubus, silindris, transisional (peralihan), dan kelenjar. Jaringan ikat merupakan pengikat, penyokong, penyimpan energi, dsb. Jaringan ikat tersusun atas matriks, firoblas, makrofag, dan penyusun lainnya. Jaringan ikat dibagi menjadi jaringan ikat sejati yang berbentuk padat dan longgar, jaringan ikat cair (darah dan limfa), dan jaringan ikat penyokong (tulang). Jaringan otot memiliki kemampuan untuk melakukan gerakan atau kontraksi. Dibagi menjadi 3 antara lain, otot polos yang berbentuk gelendong, berinti sel 1, aktivitasnya lambat tetapi tidak cepat lelah, dan bekerja secara tidak sadar contohnya pernapasan dan pencernaan. Selain itu, ada juga otot rangka yang melekat pada tulang rangka, bekerja secara sadar, kontraksi kuat, tetapi mudah lelah. Contoh otot polos adalah yang berfungsi dalam sistem gerak hewan. Selanjutnya, otot yang hanya terdapat di jantung adalah otot jantung. Otot ini bekerja secara tidak sadar, punya banyak inti dan cabang, serta berlurik -- lurik. Lalu, jaringan yang terakhir adalah jaringan saraf yang tersusun dari sel saraf dan penyokong untuk menerima dan menfsirkan rangsangan.

Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa adaptasi dilakukan oleh sel dan jaringan yang akan menyusun bentuk tubuh makhluk hidup. Terdapat 3 jenis adaptasi makhluk hidup antara lain, adaptasi morfologi yaitu penyesuaian bentuk fisik makhluk hidup terhadap lingkungannya, contohnya bentuk paruh burung dan teratai berdaun lebar. Selain itu, adaptasi fisiologis yaitu penyesuaian terhadap fungsi alat tubuh seperti enzim pencernaan yang berbeda antara hewan karnivor dan herbivor serta bau khas tumbuhan yang penyerbukannya dibantu serangga. Sedangkan adaptasi tingkah laku, contohnya cumi mengeluarkan tinta untuk mengecoh mangsa dan pohon jati yang menggugurkan daun pada musim kemarau.

Dapat diketahui, bahwa baik hewan dan tumbuhan sama -- sama melakukan adaptasi yang berbeda -- beda baik adaptasi morfologis, fisiologis, dan tingkah laku. Tujuan adaptasi adalah untuk mempertahankan hidupnya dan berkembang biak. Tidak semua makhluk hidup berhasil melakukan adaptasi. Faktanya, saat ini banyak hewan yang mulai langka. Selain itu, hewan purba seperti Dinosaurus juga telah punah jutaan tahun yang lalu, akibat jatuhnya meteor, dan kegagalan dalam melewati seleksi alam.

Tumbuhan merupakan produsen utama dalam rantai makanan. Tanpa tumbuhan, rantai makanan tidak akan terbentuk. Selain itu, tumbuhan merupakan penghasil Oksigen yang sangat berfungsi dalam kehidupan manusia. Tanpa tumbuhan, baik hewan dan manusia akan punah. Jika tidak ada tumbuhan di dunia ini, maka hewan herbivora (pemakan tumbuhan) tidak memiliki sumber makanan lagi lalu akan mati. Hal ini akan berdampak pada konsumen selanjutnya yaitu hewan pemakan daging, kemudian konsumen ketiga, keempat, dan seterusnya.

Alasan yang selanjutnya, adalah tumbuhan yang memiliki resistensi yang kuat akibat adanya dinding sel yang berfungsi sebagai pelindung. Perlu diketahui, bahwa hewan tidak memiliki pelindung tersebut. Dinding sel ini yang terus melindungi tumbuhan agar dapat melakukan perkembangbiakan dan bertahan hidup. Sedangkan hewan tidak memiliki dinding sel seperti tumbuhan.

Terdapat suatu jenis sel yang jumlahnya lebih banyak terdapat di tumbuhan daripada hewan. Sel ini bernama totipotensi. Sel totipotensi adalah sel yang dapat memperbanyak diri secara keseluruhan (total) kemungkinan perkembangan yang dimungkinkan. Sel totipotensi ini, banyak ditemukan di jaringan meristem pada tumbuhan. Seperti dijelaskan diatas jaringan meristem adalah jaringan muda yang akan mengalami perkembangan termasuk membelah. Adaptasi bertujuan agar makhluk hidup dapat mengalami perkembangan. Dengan sel totipotesnsi yang banyar terdapat di tumbuhan, berarti adaptasi tumbuhan menjadi lebih mudah.

Selain itu, terdapat bukti lain, yang menunjukkan bahwa tumbuhan lebih mudah beradaptasi daripada hewan. Contoh tersebut, terdapat pada tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang merupakan salah satu tumbuhan purba yang sudah dikenal sejak zaman dahulu ini dapat memilih daun yang akan dibentuk sesuai lingkungannya. Tumbuhan paku dapat menyesuaikan jenis daun terhadap lingkungan atau habitat sekitarnya. Ketika paku tersebut tumbuh di tanah yang subur dan mendapat cukup sinar matahari, ia akan membentuk spora. Sedangkan ketika paku tumbuh di tanah yang gersang dan kurang mendukung, paku akan membentuk daun tropofil. Mengapa? Karena untuk membentuk spora diperlukan energi yang besar, sedangkan untuk membentuk tropofil, energi yang diperlukan tidak terlalu besar. Penyesuaian daun tumbuhan paku terhadap lingkungannya ini, sangat penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan tersebut.

Seperti pohon jati yang menggugurkan daunnya saat musim kemarau untuk menghindari kekeringan, sama halnya dengan tumbuhan yang mempertahankan diri dari pemangsa dengan mengeluarkan senyawa beracun dan bau tak sedap yang dihasilkan oleh vakuola. Vakuola ini secara tidak langsung mengusir predator yang akan memangsa tumbuhan. Telah diketahui dari artikel sebelumnya, vakuola yang dimiliki tumbuhan berukuran lebih besar daripada yang dimiliki oleh hewan. Sehingga, potensi tumbuhan untuk beradaptasi lebih besar dan mudah dilakukan daripada hewan dengan adanya vakuola.

Tidak hanya tumbuhan yang memiliki banyak keunikan seperti dinding sel, sel totipotensi, dan vakuola yang besar, hewan juga memiliki keunikan yang tersendiri. Tetapi, keunikan ini justru menjadi "boomerang" terhadap kelangsungan hidup hewan. Seperti yang telah dicantumkan dalam artikel sebelumnya, hewan memiliki organel yang tidak dimiliki oleh tumbuhan. Organel tersebut adalah lisosom. Lisosom memiliki kelebihan yaitu sifatnya yang fagosit, atau dapat menelan bakteri atau kuman penyakit. Tetapi, di samping itu lisosom bersifat autolisis. Autolisis merupakan sistem pelepasan isi lisosom itu sendiri yang mengakibatkan kerusakan sel. Karena sifat autolisis ini, hewan justru merusak selnya sendiri saat sudah mati. Sedangkan pada tumbuhan yang tidak bersifat autolisis, saat sel telah mati, sel tidak rusak.

Aspek selanjutnya, adalah pada transportasi membran sel. Transportasi membran sel dibagi menjadi aktif dan pasif. Yang akan kita bahas dalam kesempatan kali ini adalah bagian tarnsportasi pasif. Transportasi membran pasif dibagi kembali menjadi dua, yaitu difusi, yang merupakan perpindahan cairan dari yang pekat ke encer dan osmosis yaitu pemindahan cairan dari encer ke pekat melalui suatu membrane yang dapat memilih sehingga tidak dapat ditembus oleh semua zat (semipermeable). Pada saat osmosis, ketika kondisi lingkungan pekat, banyak air yang keluar dari sel, sehingga sel hewan mengalami pengkerutan, dan sel tumbuhan mengalami pengelupasan membran sel sehingga perlindungan dalam sel tumbuhan tidak ada. Jika kondisi lingkungan tidak pekat, maka sel akan banyak menyerap air, sehingga sel hewan mengalami hemolisis atau pecah sedangkan sel tumbuhan mengalami penegangan atau turgid, namun perlu diketahui karena sel tumbuhan memiliki dinding sel, maka sel tumbuhan tidak akan pecah tetapi hanya mmbesar namun hanya sebatas dinding sel. Dinding sel ini yang akan menahan sel tumbuhan sehingga tidak pecah. Sehingga dinding sel sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup tumbuhan serta adaptasinya. Sehingga, faktor yang terakhir ini mendukung pendapat dan argumen saya, bahwa tumbuhan lebih mudah melakukan adaptasi daripada sel hewan.

Dari seluruh argumen yang telah saya jabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Jaringan tumbuhan lebih mudah melakukan adaptasi daripada jaringan hewan. Memang terdapat beberapa persamaan dan perbedaan diantara kedua jaringan hewan maupun tumbuhan. Tetapi, lebih banyak faktor yang mendukung opini saya ini. 

Ada banyak faktor yang menyebabkan tumbuhan lebih mudah beradaptasi antara lain, banyak hewan yang saat ini telah punah contohnya dinosaurus, mamooth, dan sebagainya. Selain itu, rantai makanan tidak akan terbentuk jika tumbuhan punah. Lalu, resistensi sel tumbuhan yang lebih kuat, karena adanya dinding sel sebagai pelindung. Jaringan tumbuhan juga terdiri dari sel -- sel yang memiliki ukuran vakuola yang besar, yang berfungsi untuk menghalau predator. 

Tumbuhan juga memiliki jumlah sel totpotensi yang lebih banyak yang berfungsi untuk membelah diri. Jenis tumbuhan tertentu seperti paku juga dapat memilih daun yang akan dibentuk sesuai dengan kondisi lingkungannya. Hal ini menunjukkan, bahwa tanaman paku dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Hewan memiliki organel sel yang unik yaitu lisosom, tetapi lisosom ini bersifat autolisis yang dapat merusak selnya sendiri. Yang terakhir, dalam aspek transportasi, tumbuhan lebih unggul karena adanya dinding sel untuk mencegah sel pecah. 

Tidak seperti sel hewan yang dapat pecah saat kondisi hipotonik, tumbuhan dapat mempertahankan bentuknya.Dari alasan-alasan itulah saya bisa memutuskan bahwa jaringan tumbuhan lebih mudah beradaptasi daripada jaringan hewan. Tidak menutup kemungkinan juga, bahwa ada beberapa spesies hewan yang jaringannya lebih beradaptasi dengan mudah dari tumbuhan, Namun secara umum, rata-rata jaringan tumbuhan lah yang lebih adaptif, sehingga banyak tanaman purba yang masih ada hingga sekarang karena dapat beradaptasi dan tahan seleksi alam. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah membaca dan memahami artikel saya. Semoga, artikel ini dapat bermnfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan pedoman atau tolak ukur yang baik. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Terima kasih.

Ad Maiorem Dei Gloriam

diakses pada tanggal 16 September 2017

diakses pada tanggal 16 September 2017

diakses pada tanggal 16 September 2017

Irnaningtyas. 2017.BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XI . Jakarta : Penerbit Erlangga

diakses pada tanggal 18 September 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun