Saya tidak mengada-ada. Mungkin kalian yang lupa. 2009 itu Bu Mega itu pasangannya Pak Wo, hanya saja tidak berjodoh jadi presiden dan wakil presiden. Kalah saing sama pesonanya Pak SBY-JK. Ngomong-ngomong soal Pak JK, nah, Pak JK sendiri juga pindah ke lain hati. Awalnya rival PDIP, di tahun 2014 malah mesra sama PDIP. Bahkan diusung sama PDIP jadi cawapres. Menang pula.
Jadi, benar kan? Ini Cuma permainan peran. Masih belum yakin? Ah, coba deh ingat-ingat gimana mesranya Pak Wi-Wo setiap usai debat, berjabat tangan, berpelukan kayak teletubbis, cipika-cipiki. Adem kan lihatnya? Nah, mereka aja yang capres nyantai gitu, ngapain juga kalian malah hujat-hujatan.
 Saya ingat betul gimana akrabnya Pak Wi-Wo saat sama-sama menunggang kuda. Ya, layaknya dua orang bersahabat. Lagi pula, kalau kalian perhatiin gimana hormatnya Pak Wo saat bertanya atau menyanggah Pak Wi ketika debat, pasti kalian juga sadarlah, bahwa Pak Wi-Wo itu memang tidak bermusuhan.
Jadi, yang musuhan siapa? Ya pendukung mereka masing-masing. Aneh ya? (minjam gaya Pak Wo saat marahin pendukung kubu 01 di debat keempat). Lah, iya. Aneh! Makanya, saya nggak mau ikut-ikutan jadi orang aneh. Saya mah, santai...karena ku selow...aku selow...sangat selow...santai...santai (jadi nyanyi deh, hihi). Ntar aja tunjukin keberpihakannya dan mantapkan pilihannya di TPS. 17 April 2019, ramai-ramai kita nyoblos.
Eh, iya, kok malah bahas politik ya? Tadi kan saya bilang nggak ada hubungan sama Paslon 02. Lah, ini kok malah bahasannya lebih dari itu. Padahal saya cuma mau bilang, saya memang suka kerja malam. Seperti kampret, siang berimajinasi dan bermimpi, malam merangkai diksi.
JWS. Rizki