Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Yang Pernah Terbaring di Sini

12 Oktober 2019   16:41 Diperbarui: 12 Oktober 2019   16:43 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selamat tinggal
Dari sebutir debu yang pernah terbaring
Setengah tahun terakhir
Di sini

Malam adalah siang bagi alat musik
Penguat suara dan cahaya
Kelindan kabel membagi energi
Mimpi-mimpi pun buyar dan ambyar

Seperti akhir tahun kemarin
Terbaring pada sisi kiri
Berdekap debu-debu dan daun-daun kering
Di atas lipatan spanduk perdagangan manusia
Tanpa sepucuk perantara menyiasati iklim

Selamat tinggal adalah ucapan paripurna
Dari sebutir debu yang pernah menggigil
Dibekap demam dan gersang
Ketika manusia hanya memikirkan kapan hujan

Sebutir debu memang bukanlah manusia
Terlindas sandal sepatu roda adalah nasibnya

Nasib tidak perlu dibiarkan jadi penguasa
Perubahan adalah cuaca yang tidak terelakkan
Angin dari bawah pintu mengipasi khayalan

Selamat tinggal untuk semua yang usang
Sebutir debu terbangun untuk menyambut fajar

*******
Beranda Khayal - Balikpapan, 11 Oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun