Tukang sepatu mengolah mimpi di
kerikil sepi,
dan dijalan ia menjaja tekateki,
lalu sekian dan sekian,
esok dan lusa, adalah
lusa yang penuh racauan dan cakaran.
sandaran bahu kita sendiri, sudah gelap.
sudah mesti kita duduk tanpa menunduk
karna hari ini,
kaki kaki disengat panas debu dan
jejak kita sendiri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!