Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Topeng

29 November 2019   04:39 Diperbarui: 29 November 2019   05:47 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, benar. Mbah Karim di masa muda adalah seorang penari topeng yang cukup piawai. Ia bahkan pernah dinobatkan sebagai penari terbaik oleh pemerintah daerah setempat di mana ia tinggal.

Tapi itu dulu. Sebelum ia akhirnya terpaksa meninggalkan dunia panggung yang telah membesarkan namanya itu.

Turun panggung. Istilah yang membuat lelaki itu kembali teringat pada kejadian tiga belas tahun lalu saat ia mengalami kecelakaan. Mobil yang dikendarai bersama rombongan para penari, saat menuju perjalan pulang usai manggung, mendadak remnya blong.

Kecelakaan itu membuat salah satu kakinya patah tulang hingga harus dipasang pen. Sejak itulah ia tidak bisa lagi berdiri dengan sigeg--posisi kuda-kuda yang wajib dikuasai oleh seorang penari pria pada umumnya.

Meski tidak bisa lagi memamerkan kemahirannya di atas panggung, bukan berarti Mbah Karim benar-benar meninggalkan dunia seni. Ia tetap ingin berkreasi. Dan pilihannya jatuh pada seni membuat topeng yang dianggapnya masih berhubungan erat dengan dunia tari yang pernah ditekuninya.

Mbah Karim baru saja berniat mengunci pintu galeri ketika telinga tuanya mendengar suara langkah. Ia menoleh. Agak terkejut ketika dilihatnya seorang perempuan datang menghampirinya.

Perempuan itu bukan Masiyem.

"Apa kabar, Ka?" perempuan itu menegurnya dengan suara merdu.

Ka? Sudah lama telinganya tidak mendengar panggilan seperti itu. Dan hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu.

"Kau pangling padaku, Ka?" perempuan itu membuka suara lagi. Mbah Karim urung mengunci pintu.

"Jeng?" Mbah Karim mengernyitkan kening. Perempuan di hadapannya itu mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun