Mohon tunggu...
EKO NUR ROHMAN
EKO NUR ROHMAN Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Membumikan Sejarah dan Karakter Kepada Generasi Penerus Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benang Merah: Pembelajaran Berdiferensiasi, Pengajaran yang Responsif Kultur dan Pengajaran Sesuai Level (TaRL) dalam Pendidikan Abad 21

17 April 2024   12:46 Diperbarui: 17 April 2024   12:48 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar detik.net.id

Perkembangan pendidikan di Indonesia harus mampu menjawab tantangan zaman dan mengembangkan potensi peserta didik. Menurut Ki Hadjar Dewantara tujuan pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya (Sugiarta, dkk, 2019;128). 

Selain itu, pendidikan di era abad 21 saat ini hendaknya menjadikan peserta didik sebagai subjek pendidikan, membuat pendidikan yang memerdekakan dan berpihak pada peserta didik serta mampu menguasai tuntutan kompetensi di era abad 21 yakni berpikir kritis, kolaborasi, kreatif dan komunikasi.

Pendidikan dewasa ini seperti yang dikonsepkan oleh pemerintah dalam kurikulum Merdeka, memiliki berbagai rancangan-rancangan untuk membuat pembelajaran dapat sedemikian rupa untuk mengakomodasi berbagai keberagaman peserta didik. Sebelumnya perlu diingat kembali, entitas dan identitas bangsa Indonesia salah satunya adalah keberagaman baik dari etnis, kultur, agama, budaya, pengalaman hidup, dan sebagainya. 

Dalam dunia pendidikan juga perlu ditekankan kembali tentang karakteristik peserta didik khususnya dengan pemetaan kebutuhan peserta didik yaitu kesiapan belajar, minat, dan profil belajar supaya dapat menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar, kemampuan awal peserta didik, hingga asesmen yang sesuai.

Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice) adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan dan mampu mengakomodir kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda (Aminuriyah, 2022;91). Sehingga adanya pembelajaran berdiferensiasi ini adalah salah satu solusi untuk mengakomodasi dari keberagaman peserta didik khususnya terkait dalam pembelajaran yang memiliki minat kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda dalam pembelajaran.

Pelaksanaan pendidikan juga sebaiknya tidak hanya menekankan kemampuan kognitif saja, supaya peserta didik memiliki nilai-nilai karakter. Dewasa ini, Tantangan pendidikan abad 21 adalah tentang identitas jati diri bangsa Indonesia dalam globalisasi. Sehingga dibutuhkan sebuah solusi salah satunya melalui Profil Pelajar Pancasila. 

Adapun pengertian Profil Pelajar Pancasila adalah kompetensi yang diharapkan diraih peserta didik didasarkan nilai-nilai luhur Pancasila. Sehingga peserta didik bukan hanya memiliki kognitif yang baik tetapi memiliki karakter yang berlandaskan nilai luhur Pancasila. Dalam pelaksanaanya khususnya dalam menyikapi keberagaman kultur perlu adanya Pendidikan dan pengajaran yang responsif kultur (culturally responsive pedagogy) yang bertujuan bukan hanya meningkatkan kecerdasan peserta didik melainkan juga memperkokoh identitas budaya (Musanna, 2011;184) .

Pengajaran yang responsif terhadap kultur pada hakikatnya adalah tentang pengajaran yang responsif terhadap kultur (budaya) yang merupakan sebuah respon baik dari pendidik dan peserta didik maupun seluruh warga sekolah untuk dapat menghargai perbedaan-perbedaan kultur (budaya) misalnya keberagaman etnis, kultur, budaya, agama, dan sebagainya. 

Adapun terkait budaya yang dimaksud adalah tentang kebudayaan dari warisan leluhur seperti kearifan lokal, nilai-nilai luhur dan budaya yang menjadi kebiasaan seperti tingkah-laku, budaya sekolah, masyarat dan sebagainya. Sehingga bagi seorang pendidik harus mampu untuk memahami dan menyikapi latar belakang kultur yang beragam, menekankan memiliki hak yang sama dan tidak membedakan.

Praktik pengajaran yang responsif kultur juga dapat membuat pembelajaran bermakna dan memperkokoh identitas bangsa Indonesia. Supaya peserta didik menyadari keberagaman dan mampu menyikapi keberagaman terlebih di era abad 21 yang menjadi tantangan tentang identitas bangsa Indonesia. 

Adapun, dalam praktiknya contohnya seperti menerapkan pembelajaran berbasis kelompok secara heterogen dan pada mata pelajaran sejarah tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia misalnya materi Kerajaan Mataram dapat ditambahkan tentang motif batik yang ada pada era kerajaan tersebut untuk menjadi pengetahuan budaya pada peserta didik terkait motif batik yang kerap dipakai. Sampai disini sudah dapat diambil makna, bahwa hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa dasar dalam pembelajaran berdiferensiasi penting untuk diterapkan.

Tujuan dari pembelajaran berdiferensiasi adalah mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda-beda seperti gaya belajar, tingkat capaian dan minat belajar. Seorang pendidik hendaknya memahami karakteristik peserta didik yang berbeda-beda dan diharapkan mampu membuat pembelajaran berdiferensiasi seperti diferensiasi konten, proses, produk, maupun lingkungan belajar. Pendidik harus memberikan perhatian terhadap keunikan dari karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberikan perlakuan yang sama antara peserta didik yang satu dengan yang lain yang tentunya berbeda karakteristik (Wahyuningsari, dkk, 2022; 531). 

Keragaman tersebut juga dapat dikelompokkan seperti dengan gaya belajar seperti yang yang menyukai secara audio dapat melalui podcast, secara visual melalui gambar ataupun infografis ataupun audio visual melalui video dan sebagainya yang dalam pelaksanaannya tidak membedakan kultur peserta didik. Adapun dengan pengelompokan tersebut juga bisa meningkatkan sikap saling mengenal dan memahami keberagaman kultur. Sehingga dengan hal ini, bagi seorang pendidik harus mampu membuat lingkungan yang sesuai dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi dan pengajaran yang responsif terhadap kultur.

Sebelum melakukan pembelajaran secara berdiferensiasi perlu bagi seorang pendidik untuk memahami tingkat capaian kemampuan awal peserta didik atau disebut dengan pengajaran sesuai level (teaching at the right level). Sebelumnya perlu ditekankan kembali setiap peserta didik memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda walaupun dalam kelas yang sama. Apabila terdapat perbedaan tingkat ketercapaian siswa maka sebaiknya peserta didik mendapatkan perbedaan konten sesuai tingkat capaiannya (Putra, 2022;4). 

Hal ini menjadi penting agar pendidik tidak hanya memenuhi kewajiban mereka untuk memberikan pendidikan dan pengajaran, melainkan menjawab kebutuhan setiap peserta didik. Bagi yang memiliki tingkat capaian kemampuan yang masih rendah maka guru dapat memberikan program remedial, bagi peserta didik yang memiliki tingkat capaian lebih tinggi maka dapat diberikan pengayaan. Sehingga apabila pendidik menemukan tingkat capaian yang berbeda-beda di dalam kelas, maka seharusnya pendidik membuat pembelajaran berdiferensiasi konten menyesuaikan tingkat capaian masing-masing peserta didik.

Referensi:

Aminuriyah, S. (2022). Pembelajaran Berdifferensiasi: Meningkatkan Kreatifitas Peserta Didik. Jurnal Mitra Swara Ganesha, 9(2), 89--100.

Musanna, A. (2011). Model pendidikan guru berbasis ke-bhinekaan budaya di indonesia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 17(4), 383--390.

Putra, E. E. (2022, August). Implementasi Kurikulum Merdeka Untuk Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Paradigma Baru di Sekolah Penggerak). In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia (Vol. 1, 1, pp. 1--5).

Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., & Adiarta, A. (2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 124--136.

Wahyuningsari, D., Mujiwati, Y., Hilmiyah, L., Kusumawardani, F., & Sari, I. P. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Rangka Mewujudkan Merdeka Belajar. Jurnal Jendela Pendidikan, 2(04), 529--535

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun