Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kawah Ijen Kini, Penambang Belerang Punya Pekerjaan Sampingan

23 Oktober 2018   13:48 Diperbarui: 23 Oktober 2018   22:36 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dulu gersang, ketika hujan jadi hijau (dokpri)

Namun, beberapa waktu lalu aku mendaki dalam cuaca hujan. Malam sebelumnya hujan deras. Ketika aku tiba di pos keberangkatan, hujan rintik-rintik masih terus menyapa.

Awalnya aku ragu. Namun, melihat pasangan yang kukuh ingin tiba di puncak, aku pun tertular semangatnya. Kukenakan jaket, kubawa payung, dan isi tasku hanya air minum, biskuit, dan power bank. Semakin sedikit bawaan akan semakin ringan dan semakin baik.

Tidak mudah mendaki saat musim hujan. Hujan kadang-kadang berubah menjadi demikian derasnya sehingga aku mengalah dan menunggu di pos pemberhentian. Badan dan sepatu menjadi dingin dan agak basah, membuat kurang nyaman. Aku beberapa kali berjalan perlahan-lahan dan lebih was-was karena jarak pandang terbatas.

Kabut kadang turun dan hujan deras membuat waktu tempuh lebih lama (dokpri)
Kabut kadang turun dan hujan deras membuat waktu tempuh lebih lama (dokpri)
Oleh karena hujan maka waktu tempuhku jadi lambat. Pos-pos peristirahatan sarat dengan pengunjung yang berteduh, sehingga aku memutuskan untuk tak berlama-lama dan agar segera tiba di puncak. Siang hari kabut biasanya turun dan akan semakin susah untuk mendaki ataupun turun.

Akhirnya baru sekitar empat jam aku pun tiba di puncak. Waktu tempuhnya dua kali lipat daripada pendakianku pertama. Aku tertegun ketika melihat puncak yang kering seolah-olah tak ada hujan sama sekali.

Panorama Kawah Ijen ini berbeda dengan kunjunganku sebelumnya. Ada pos peristirahatan di atas. Pemandangannya lebih hijau, dulu nampak gersang. Berbeda namun sama-sama indah.

Kawah Ijen sekarang lebih aman (dokpri)
Kawah Ijen sekarang lebih aman (dokpri)
Kawah Ijen yang selalu indah (dokpri)
Kawah Ijen yang selalu indah (dokpri)
Di Kawah Ijen aku bertemu beberapa pendaki yang kemudian menjadi teman perjalanan hingga ke puncak. Mereka menawariku teh hangat dan mie kuah yang hangat disantap. Aku agak was-was ketika mereka memasak dengan kompor portable. "Eh nggak berbahaya nih masak di sini?"

Mereka berhati-hati dan memasak dengan cepat. Tapi kalau dipikir-pikir tak jauh dari kami juga ada pos yang juga menjual makanan dan minuman panas. Asal waspada dan berhati-hati, jauh dari kawah, ujar kawan baruku itu. Api dengan cepat dipadamkan. Ada semangkuk teh hangat dan mie goreng instan yang dimasak dengan kuah. Hidangan sederhana yang terasa begitu lezat. Makanan itu menjadi salam pertemanan kami.

Aku tersenyum teringat lagu lawas Dewa 19 yang berjudul Mahameru. Gunung Semeru jauh lebih sulit didaki daripada Kawah Ijen, tapi rasanya perjuangan ke puncak ini kemudian ikatan pertemanan di antara pendaki rasanya mirip-mirip. Ada ego dan rasa angkuh yang ditundukkan oleh alam, juga ada persahabatan yang hadir.

Mie dan teh hangat sebagai salam pertemanan (dokpri)
Mie dan teh hangat sebagai salam pertemanan (dokpri)
Aku kemudian bergegas turun, kuatir akan kabut. Sudah pukul sebelas siang. Pukul 12 sudah tidak boleh ada pengunjung yang start mendaki. Kabut tebal akan datang dan tentunya berbahaya karena membatasi pandangan.

Enaknya mendaki saat musim penghujan, proses perjalanan turunnya lebih mudah, tanahnya lebih keras. Dulu aku beberapa kali berhenti dan jalan perlahan-lahan, karena pasir yang bisa membuat tergelincir. Aku kemudian mendapat tips agar jalan menurun dengan zig-zag agar tidak mudah terpeleset.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun