-----------------
 Surat itu dari Kakek, untuk Nenek. Aku penasaran, apa maksud kakek dengan 'membawa gubuk itu pulang untuk kalian'?
"Belum kau buang juga lukisan itu?" suara Ayah mengagetkanku.
"Ayah, ini ada di balik lukisan itu." Kusodorkan surat Kakek pada Ayah.
Hening mencekam saat Ayah membaca surat itu. Ketika akhirnya ayah jatuh terduduk dan menangis, aku semakin bingung.
"Ayah kenapa?"
Ayah masih tergugu
-----------------------------
Lukisan itu, ternyata adalah lukisan kakek. Gubuk di pinggir danau yang terlihat sederhana, adalah rumah masa kecil ayah. Namun kakek menjadikannya taruhan dalam judi, dan kalah. Nenek sangat terpukul kehilangan gubuk itu hingga jatuh sakit. Ayah membenci kakek karenanya. Kebencian ayah semakin memuncak saat kakek memilih pergi meninggalkan ayah dan nenek yang ketika itu sedang sakit.
Setelah sebulan pergi, kakek pulang membawa lukisan itu. Lukisan pemandangan desa yang tenang. Gubuk sederhana terlihat tenteram bersanding danau. Pohon besar menaungi gubuk itu. Seorang petani terlihat menggiring kerbaunya. ayah ingat saat menunjukan lukisan itu, kakek berkata pada nenek,
"Ini Lukisan rumah kita. Kau lihat siapa yang menggembalakan kerbau? Itu aku. Kau selalu ingin punya kerbau, bukan. Aku belum bisa membelikannya untukmu. Tapi di lukisan ini, kau bisa melihatku menggembala kerbau yang kau inginkan."