Mohon tunggu...
Octavitriadi
Octavitriadi Mohon Tunggu... Tukang Ketik -

Tetap tukang ketik surat di sebuah kantor, bergabung di Kompasiana untuk menunjukkan eksistensi "Aku ngomPasiana maka Aku masih ada."\r\nSuami yang hingga saat ini memiliki seorang istri dan dua orang putri yang sama-sama manis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Pejabat" Minta Setoran

10 Juni 2012   17:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:08 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman, yang juga seorang PNS di sebuah instansi di Surabaya, beberapa hari ini  mengeluh tentang gangguan dari para "pejabat" yang minta setoran.

Kejadian ini selalu berulang di kantornya, terutama setelah ada acara pelantikan pejabat di instansinya. Setelah acara pelantikan pasti telepon kantor berdering dan "pejabat" yang dilantik selalu minta setoran.

Kebetulan di instansinya baru saja ada pergantian pimpinan kantor, dimana pimpinan kantor yang lama dipindah ke instansi lain dan digantikan pimpinan baru yang kebetulan dulu juga pernah bertugas di instansi yang sekarang dipimpinnya.

Sebelum pimpinan baru datang melakukan serah terima jabatan, telepon di kantor berdering, dan dari ujung telepon terdengar suara yang mengatakan kalau beliau adalah pimpinan yang akan menempati pos di instansi tersebut, kemudian "pejabat" tersebut meminta untuk disambungkan ke bendahara kantor atau kepala keuangan.

Untungnya teman saya kenal sekali dengan logat pimpinan barunya yang dulu juga pernah bertugas di instansi teman saya itu. Dan untungnya pula logat pimpinan baru itu medok Jawa banget, sedangkan "pejabat" yang menelepon tersebut terlihat sekali aksen Jakarte nya. Langsung saja teman saya tersebut 100% yakin kalau "pejabat" itu palsu.

Setelah gagal dengan upaya pertamanya, "Pejabat" tersebut kembali lagi dengan mengatasnamakan "pejabat" dari kementerian anu atau badan anu, dalihnya pun macam-macam, berkedok akan mengadakan pelatihan, atau akan melakukan inspeksi. Tetapi ujung ujungnya minta disambungkan ke bagian bendahara kantor ataupun kepala keuangannya.

Tak kurang akal teman saya tersebut pun minta untuk segera dikirimkan surat resmi berkaitan dengan permintaan tersebut dan tentu saja dijawab dengan suara "klik", dan telepon pun ditutup.

Setelah saya tanyakan ke teman saya tersebut, mengapa dia melakukan hal seperti itu, kalau itu ternyata memang pejabat sungguhan, bisa berakhir karir PNS nya.

Ternyata menurut teman saya, ada kejadian di instansi lain beberapa tahun sebelumnya dimana pejabat keuangannya tertipu oleh "pejabat" baru di instansi tersebut. "Pejabat" itu minta disetorkan uang ke rekeningnya dengan dalih untuk menyiapkan kepindahannya ke instansi tersebut. Karena yang meminta adalah calon "atasannya" maka dengan segera di transfer ke rekening "Pejabat" tersebut.

Baru ketahuan kalau itu semua adalah bentuk penipuan model baru dengan memanfaatkan ketaatan para PNS terhadap pimpinannya atau bahkan baru calon pimpinannya, setelah pejabat sebenarnya mengatakan kalau dia tidak pernah menelepon bahkan meminta setoran. Dan itu terbukti dengan aksen suaranya berbeda dengan orang yang di telepon.

Teman saya mengambil resiko dia akan mendapat marah besar bila ternyata itu adalah pejabat sesungguhnya daripada dia harus mengganti uang kantor yang diminta "pejabat" abal abal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun