Isu yang diangkat dapat melibatkan individu maupun kondisi dalam negara tertentu. Kemudian, topik yang diangkat pun beragam, salah satu contohnya adalah hukuman mati.
5. International Committee of the Red Cross (ICRC)
Organisasi yang berhasil mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian sebanyak tiga kali, yakni "International Committee of the Red Cross." ICRC dianugerahi penghargaan nobel pada tahun 1917, 1944, dan 1963. ICRC sendiri didirikan pada tahun 1863 di Jenewa Swiss oleh Henry Dunant.
Yang menarik adalah, Henry Dunant merupakan penerima penghargaan Nobel Perdamaian pertama pada tahun 1901. ICRC memiliki mandat untuk melindungi korban konflik bersenjata internal maupun internasional. Organisasi juga merupakan organisasi tertua dan paling dihormati pergerakannya.
Selain kelima organisasi tersebut, ada juga "International Labour Organization" (ILO), "International Atomic Energy Agency "(IAEA), "Intergovernmental Panel on Climate Change" (IPCC), serta beberapa organisasi internasional lainnya yang mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian ini. Hampir semua organisasi ini bertujuan untuk menegakkan perdamaian serta memberantas pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Di antara usulan organisasi NU dan Muhammadiyah agar menerima Hadiah Nobel Perdamaian, secara pribadi, saya mengusulkan agar Letnan Jenderal ,(Letjen) TNI Purnawirawan Rais Abin yang pada bulan Agustus 2019 nanti genap berusia 93 tahun, patut juga diusulkan menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/06/25/p-20190625-094227-5d118a740d82305a274986f3.jpg?t=o&v=555)
Perlu dicatat, Perjanjian Perdamaian antara Mesir-Israel yang di tengahi Amerika Serikat di Camp David, itu terlaksana berkat laporan Rais Abin kepada Sekretaris Jenderal PBB, Kurt Waldheim. Isi laporan: "Mission Accomplished !!!."
Jika penandatangan Perjanjian Camp David menerima Hadiah Nobel Perdamaian, kenapa Rais Abin yang mengawali keberhasilan Perjanjian Camp David," sebagai bangsa Indonesia tidak kita usulkan sebagai putera bangsa Indonesia terbaik penerima Hadiah Nobel Perdamaian?
Tentang usulan Nobel Perdamaian dari Indonesia ini perlu kita mengangkat kembali masalah Pramoedya Ananta Toer ke permukaan. Ini dikaitkanbukan kepada seorang penulis dan peneliti yang menetap di Amsterdam, Joss Wibisono di dalam Majalah "Tempo" edisi 7, 13 Oktober 2013 mengungkap kembali kenapa para Sastrawan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, di mana Novel Pram berjudul "Tetrologi Buru," yang dinominasikan meraih Nobel Kesusastraan bisa gagal.
Dalam hal ini Joss Wibisono mengutip Benedict Anderson, Guru Besar Universitas Cornell di New York, Amerika serikat dalam artikelnya "The Unrewarded" (Yang Tak Teranugerahi) di "New Left Review 80, "edisi Maret-April 2013.