Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Hanya Akan Sebagai Simbol Ketua Umum Partai Demokrat? Siapa Ketua Umum Sesungguhnya?

30 Maret 2013   00:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:01 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1364576717410543536

[caption id="attachment_235328" align="aligncenter" width="320" caption="SBY dan Ibas (sumber: manado.tribunnews.com)"][/caption] Pada  2 Maret lalu Majelis Tinggi Partai Demokrat mengadakan pertemuan dengan 33 DPD Partai Demokrat di Cikeas, Bogor. Anggota Majelis Tinggi Amir Syamsuddin, seusai pertemuan tersebut memberi keterangan kepada wartawan bahwa pertemuan tersebut fokus membicarakan tentang kriteria calon ketua umum partai untuk menggantikan Anas Urbaningrum. Salah satu kriteria terpenting yang berhasil diputuskan dalam pertemuan tersebut, kata Amir, adalah calon ketua umum tersebut tidak boleh merangkap jabatan. “Harapan utama seluruh DPD kriteria pemimpin partai kita ke depan adalah orang yang dipilih itu yang 100 persen hanya mengurus partai, sampai kepada masa akhir 2015. Jadi, tidak bisa orang-orang umpamanya yang merangkap jabatan,” kata Amir, Sabtu, 2 Maret 2013  (jpnn.com). Anggota Dewan Pembina Demokrat Achmad Mubarok bilang, alasan di balik kriteria tidak boleh rangkap jabatan itu adalah agar yang bersangkutan fokus mengurus partai. Kalau yang dipilih adalah pejabat (pemerintah), jabatannya harus dilepas agar efektif mengurus partai. Pada waktu itu juga beredar pernyataan para petinggi Partai Demokrat bahwa keluarga SBY, termasuk SBY sendiri tidak akan maju dalam bursa calon ketua umum partai tersebut. Hal tersebut antara lain dinyatakan oleh anggota Dewan Pembina Demokrat yang lain, Adjeng Ratna Suminar. Dia menyebutkan, SBY dan anggota keluarganya tidak akan maju sebagai ketua umum dalam KLB. Namun, baru saja berumur 2 minggu, kriteria dan pernyataan itu dijilat kembali oleh orang-orang yang sama. Oleh partai yang sama. Sekarang, kriterianya berubah, calon ketua umumnya boleh rangkap jabatan. Dan, bahkan SBY menjadi calon terkuat jabatan ketua umum tersebut. Maka, mubazirlah pertemuan 33 DPD dari seluruh Indonesia dengan Majelis Tinggi di Cikeas, pada 2 Maret lalu itu. Menurut beberapa petinggi Demokrat, di antaranya anggota Majelis Tinggi Max Sopacua dan Sekretaris Majelis Tinggi Jero Wacik, kriteria tentang tidak boleh rangkap jabatan itu telah dianulir dalam rapat internal DPP Partai Demokrat. Kriteria terbaru calon ketua umum Demokrat adalah boleh rangkap jabatan di pemerintahan. Yang tidak boleh adalah menjadi capres 2014. “(Kriteria) yang ada adalah tidak jadi capres. Jadi, ketua umum tidak boleh jadi calon presiden,” kata Jero Wacik di Istana Negara, Jakarta, Selasa (19/03/2013). Berubah-ubahnya kriteria dan pernyataan para petinggi Demokrat itu jelas mencerminkan kebingungan mereka dalam menentukan siapakah yang dianggap paling pantas menjadi ketua umum partai mereka. Yang bingung dan mencla-mencle itu juga termasuk SBY. Sebab pasti ketika para petinggi partai  mengumumkan kriteria tidak boleh rangkap jabatan dan kemudian berubah itu, SBY juga pasti tahu dan setuju. Ketika itu mereka merasa bisa menemukan seorang calon ketua umum di luar SBY (dan keluarganya)  yang memenuhi selera mereka. Tetapi, rupanya SBY cs sedang menderita masa traumatik dengan Anas Urbaningrum. Mereka khawatir jangan-jangan kalau di dalam KLB yang mulai diselenggarakan pada 30 – 31 Maret ini bursa calon ketua umum dibiarkan bebas terbuka begitu saja, bisa-bisa yang muncul malah orangnya Anas yang terpilih sebagai ketua umumnya. Maka, itu dicarilah cara dan orang yang paling tepat umtuk menutup kemungkinan tersebut. Di cara sana-sini, tidak ketemu. Cuma SBY-lah satu-satunya yang dianggap memenuhi kriteria untuk itu, tetapi kriteria tidak boleh rangkap jabatan terlanjur sudah diumumkan. Kalau mau pegang omongannya Achmad Mubarok di atas, berarti kalau SBY terpilih sebagai ketua umum, maka supaya SBY fokus mengurus partai, dia harus meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI!  Mana mau, dan mana tahan? Maka terpaksalah mereka menjilat kembali kriteria yang telah mereka keluarkan dari mulut mereka sendiri itu. Hal ini rupanya bukan masalah bagi partai yang mengaku bersih, santun, berkomitmen dan jujur itu. Kriteria yang terbaru ini, jelas dicocokkan dengan posisi SBY. SBY pasti sudah tidak mungkin lagi maju sebagai capres 2014, karena dia sudah menjadi presiden selama dua periode. Jika nanti SBY benar-benar terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat yang baru, jelaslah SBY ini sungguh seorang “Superman.” Betapa tidak, 4 jabatan tertinggi di partainya itu ada di tangannya. Yakni, Ketua Dewan Pembina, Ketua Dewan Kehormatan, Ketua Majelis Tinggi, sekarang ditambah dengan Ketua Umum lagi. Sedangkan dia adalah juga Presiden Republik Indonesia. Padahal tempo hari Istana sendiri bilang menjadi selama SBY menjadi Presiden, dia sangat super sibuk. Setiap hari pikir negara dan rakyat, sampai tidurnya setiap hari kurang, sampai bertambah besar kantong matanya. Seperti yang pernah saya tulis di Kompasiana (Kantong Mata SBY dan Jangan Tertipu dengan Pernyataan Dipo Alam)

Bayangkan saja, betapa super sibuknya nanti SBY kalau dia merangkap 5 jabatan sekaligus itu.  Menjelang pemilu dan pilpres 2014 nanti, sebagai Ketua Umum Partai Demokrat SBY pasti akan menjadi sangat super sibuk. Belum lagi dengan tugasnya sebagai Presiden RI. Tentu saja, dia tidak mungkin lagi hanya akan menjalankan tugasnya sebagai ketua umum partai hanya pada hari libur, Sabtu dan Minggu, seperti yang pernah dijadikan alasan pembenaran perangkapan jabatan SBY sebagai Ketua Dewan Pembina dan Majelis Tinggi itu ketika dia bertindak mengatasi terpuruknya Partai Demokrat dalam berbagai survei.

Tetapi, bukan namanya politikus Indonesia, apalagi politikus Partai Demokrat kalau tidak bisaberputar lidah untuk menangkis semua kritik itu. Petinggi Demokrat, antara lain Sekretaris Departemen Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum Partai Demokrat, Carrel Ticualu dan   Ketua DPD Jawa Barat, Iwan Sulanjana, mengatakan, nanti kalau SBY benar-benar terpilih menjadi Ketua Umum, maka akan diadakan lagi jabatan baru di partai tersebut. Namanya adalah Ketua Harian. Tugasnya adalah menjalankan tugas sehari-hari Ketua Umum SBY. Besar kemungkinan yang akan dipilih menjadi Ketua Harian itu adalah anak SBY sendiri, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas (Tempo.co, Kompas.com).

Skenario ini kelihatannya sudah dimatangkan oleh Majelis Tinggi, karena itu mereka sudah menyatakan bahwa nanti setelah ketua umum terpilih, maka Ibas akan mundur sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Mundurnya Ibas ini, tentu ada kaitannya dengan skenario akan dijadikan Ketua Harian itu.

Jadi, skenarionya adalah SBY akan terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang baru. Tetapi karena tidak mungkin SBY bisa maksimal menjalankan jabatan ketua umumnya itu, mengingat dia juga adalah Presiden RI, maka harus ada orang yang tugasnya mengganti SBY menjalankan tugas ketua umum partai itu. Dia itu harus orang yang sangat dekat dan satu visi dengan SBY. Orang yang paling pas itu adalah putra SBY sendiri, Ibas. Sebagai legalitas partai, akan diadakan jabatan baru namanya Ketua Harian.

Janggal kedengarannya. Kalau memang yang akan menjalankan tugas SBY sebagai Ketua Umum adalah Ibas sebagai Ketua Harian, kenapa tidak sekalian saja Ibas yang dipilih sebagai ketua umumnya? Tidak perlu ada jabatan-jabatan “aneh” semacam Ketua Harian itu. Apakah tidak sekalian bikin juga jabatan baru, selain Ketua Harian, ada lagi Ketua Mingguan, Ketua Bulanan, dan Ketua Tahunan?

Besar kemungkinan skenario ini yang dijalankan karena sebenarnya mereka ingin memajukan Ibas sebagai ketua umum. Tetapi, karena keputusan ini akan besar risikonya, mendapat tantangan dari faksi-faksi tertentu, sedangkan posisi Ibas masih lemah untuk menghadapi hal demikian, maka yang dimajukan itu adalah SBY sendiri. SBY akan menjadi “bumper” dari Ibas. Setelah dia nanti terpilih, maka SBY tidak lebih akan mejadi simbol Ketua Umum Partai Demokrat

Skenario ini bisa saja akan berjalan lancar. KLB bisa berlangsung lancar sampai selesai. SBY terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang baru, dan terciptalah jabatan baru yang unik namanya Ketua Harian, pejabatnya Ibas. Dialah ketua umum sesungguhnya. Tetapi, kesuksesan KLB itu nanti, tidak akan menyelamatkan Partai Demokrat dalam keterpurukannya nanti di Pemilu 2014.

Salah satu penyebabnya adalah justru karena rakyat melihat proses pemilihan ketua umumnya saja penuh dengan pemutarbalikan lidah dan muslihat seperti itu. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun