Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Proklamasi Kemerdekaan 1945 dan Sakitnya Soekarno Saat Membacakannya

18 Agustus 2017   12:01 Diperbarui: 19 Agustus 2017   09:20 8490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika saatnya membaca teks Proklamasi itu tiba, juga tidak pakai segala macam protokol, tidak ada yang berlangsung menurut susunan acara, karena memang tidak ada acara, selain membaca teks Proklamasi.

Soekarno berjalan ke arah pengeras suara yang dicuri para pejuang muda dari stasiun-radio-Jepang, dan dengan ringkas membacakan pernyataan kemerdekaan Indonesia, detik itu juga Indonesia telah merdeka.


Setelah teks Proklamasi dibacakan, bendera Merah-Putih untuk pertama kali dikibarkan, di tiang bendera yang berupa sebatang bambu kasar yang tidak tinggi, salu lagu Indonesia Raya dinyanyikan.

Bendera itu, yang kini menjadi Bendera Pusaka dan disimpan di Istana Negara, dijahit oleh Fatmawati dengan menggunakan mesin jahit tangan. Yaitu mesin jahit yang digerakkan dengan tangan, bukan dengan kaki. 

Menurut Fatmawati, di dalam bukunya, "Catatan Kecil Bersama Bung Karno" (1978), mengatakan kain bendera pusaka itu diberikan oleh seorang perwira Jepang bernama Hitoshi Shimizu, pada Oktober 1944 sebagai bentuk janji kemerdekaan Jepang kepada Indonesia.

"Yang satu blok berwarna merah, sedangkan yang lain berwarna putih. Mungkin dari kantor Jawa Hokokai," tulis Fatmawati di bukunya itu.

Foto Fatmawati ketika menjahit bendera pusaka (Perpunas.go.id)
Foto Fatmawati ketika menjahit bendera pusaka (Perpunas.go.id)
Mesin jahit tangan yang digunakan Fatmawati menjadit bendera Merah-Putih pusaka (viva.co.id)
Mesin jahit tangan yang digunakan Fatmawati menjadit bendera Merah-Putih pusaka (viva.co.id)
Tentang suasana Proklamasi pertama kalinya itu, Soekarno menulis:

Tidak ada orang yang ditugaskan untuk mengerek bendera. Tiada persiapan untuk itu. Dan tidak seorang pun berpikir sampai ke situ. Kapten Latif Hendraningrat sebagai salah seorang di antara beberapa gelintir orang berpakaian seragam berada dekat tiang. Setiap orang menunggu dengan tegang ketika dia mengambil bendera itu, mengikatkan pada tali yang kasar dan mengibarkannya, seorang diri, dengan kebanggaan, yah, untuk pertama kali setelah tiga setengah abad.

 Tidak ada musik. Tidak ada pencaraga. Setelah bendera naik melambai-lambai, kami menyayikan lagu Indonesia Raya.

 Selesai itu kudengar anggota PETA di kamar-kerjaku berteriak melalui telepon: "Ya, sudah selesai!"

Kemudian ia meletakkan telepon, dan aku masuk ke dalam dan terus ke belakang menuju kamarku. Hari jam sepuluh. Revolusi sudah dimulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun