Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Proklamasi Kemerdekaan 1945 dan Sakitnya Soekarno Saat Membacakannya

18 Agustus 2017   12:01 Diperbarui: 19 Agustus 2017   09:20 8490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Indonesia pakai sistem penanggalan ini, karena saat itu negara yang punya sistem penanggalan sendiri dipandang negara beradab," terang Pemandu Jakarta Good Guide, Candha dalam Menteng Walking Tour, Minggu (18/10/2015), sebagaimana dikutip Kompas.com.

Naskah Proklamasi tulisan tangan Soekarno, tidak mencantumkan nama dari "wakil-wakil bangsa Indonesia". Setelah diketik Sayuti Melik barulah nama itu: "Soekarno-Hatta" dicantumkan. Ini pun ada kisahnya.

Menurut Mohammad Hatta di dalam bukunya "Menuju Gerbang Kemerdekaan (Untuk Negeriku #3)", sebelum dicantumkan nama dan ditandatangani  Soekarno-Hatta itu, terjadi perdebatan antara para tokoh yang hadir di situ, yang seluruhnya ada 29 orang, tentang nama siapa yang harus ditulis mewakili bangsa Indonesia itu.

Hatta mengusulkan "atas nama bangsa Indonesia" itu disertai dengan nama dan tanda tangan dari semua nama tokoh yang hadir, yaitu nama 29 orang yang hadir ketika itu, tetapi para pemuda menghendaki lain, Soekarni menyatakan, tidak perlu seluruh nama dari mereka ditulis, tetapi cukup nama Soekarno dan Mohammad Hatta saja, sebab merekalah yang selama ini memimpin gerakan kemerdekaan Indonesia.

Soekarno, di dalam bukunya "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" berkisah, saat perumusan naskah Proklamasi itu, mereka semua dalam kondisi yang sangat terburu-buru, karena pada tanggal 17 Agustus itu juga Proklamasi sudah harus dibacakan. Tidak ada waktu untuk mencari kata-kata yang pedih menggetarkan kalbu.

Naskah Proklamsi tulisan asli Soekarno, dan setelah diketik oleh Sayuti Melik (Wikipedia)
Naskah Proklamsi tulisan asli Soekarno, dan setelah diketik oleh Sayuti Melik (Wikipedia)
Kertas yang dipakai Soekarno untuk menulis teks Proklamasi itu pun, menurut Soekarno, hanya dia sobek dari sebuah buku tulis yang disodorkan oleh seseorang kepadanya. Buku tulis itu seperti buku tulis umumnya yang digunakan anak sekolah ketika itu, yaitu yang lembaran-lembarannya bergaris-garis biru. Soekarno menyobek selembar dari buku itu, lalu menulis teks Proklamasi tersebut. Mereka yang merumuskan teks Proklamasi itu bahkan tak berpikir untuk menyimpan bolpen yang dipakai Soekarno menulis teks Proklamasi yang sangat bersejarah itu. Soekarno mengaku, setelah menulis teks Proklamasi itu, ia meletakkan begitu saja bolpen yang diapakai menulis itu di atas meja. Setelah itu tidak ada seorang pun yang tahu di mana bolpen itu bread.


Bahkan lembaran yang ditulis tangan Soekarno itu pun sempat dibuang oleh Sayuti Melik, setelah selesai mengetik teks Proklamasi tersebut. Untungnya, BM Diah memungutnya kembali dan menyimpannya. Lembaran teks Proklamasi asli tulisan tangan Soekarno itu sempat hilang selama sekitar 46 tahun, yang baru ditemukan kembali dan diserahkan kepada negara pada 1992.

Di dalam buku biografinya itu Soekarno mennggambarkan tentang bagaimana suasana perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang sangat sederhana, apa adanya, seolah-olah itu bukan peristiwa penting.

Tidak ada iringan tiupan terompet yang megah, tidak ada orang yang mengenakan seragam yang megah, tidak ada doa dan upacara keagamaan yang khidmat. Tidak ada perwira-perwira berpakaian seragam, tidak diabadikan oleh wartawan juru potret, dan sebagainya. Ruangannya pun  bukan di ruangan-mahkota dari Istana Juliana (Ratu Belanda ketika itu), melainkan hanya di sebuah kamar depan yang kecil di sebelah ruangan besar dari rumah seorang Laksamana Jepang.

Tidak ada juga acara "mengangkat gelas" untuk keselamatan. Minuman yang tersedia pun hanya berupa air soda panas untuk membangkitkan kembali kekuatan dari segelintir manusia yang sudah tidak keruan dan tidak tidur selama dua hari.

Soekarno mengaku, ketika itu, perumusan naskah Proklamasi itu tidak memberikan perasaan apa-apa terhadapnya, tidak ada perasaan kegirangan, atau kebanggaan. Yang adalah rasa lelah yang luar biasa. Saat naskah Proklamasi itu selesai diketik, jam di dinding menunjukkan angka 4 dini hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun