Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghindari Berpikir Lompat Waktu (1)

15 September 2018   09:35 Diperbarui: 15 September 2018   10:18 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapa demikian? Berikut ilustrasinya. Pada saat masih aktif melaksanakan tugas dinas dahulu, tidak jarang penulis mengendarai kendaraan roda 4 sendiri. Kecepatan kendaraanpun boleh dikatakan biasa -- biasa saja, antara 60 -- 70 km per jam baik dalam keadaan sepi sekalipun. Karena kebiasaan mengendarai kendaraan dengan kecepatan tersebut, sering teman -- teman berseloroh. Wah hebat bapak sekarang? Karena kemarin saya melihat dengan mata kepala sendiri, bapak memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi sehingga dapat menyalip beberapa truk. Sambil tertawa, disambung truk yang sedang berhenti.

Meskipun sudah bertindak demikian, namanya di jalan raya sudah barang tentu temperamen pengguna jalan tidak sama. Ada pengguna jalan yang mengendarai kendaraannya dengan penuh kehati-hatian, tetapi ada juga pengguna jalan yang mengendarai kendaraannya dengan sembrono dan boleh dibilang ugal-ugalan. Sehingga tak jarang penulis dikagetkan dengan perilaku ugal -- ugalan tersebut, dan spontan keluar umpatan semaunya dengan menyebut nama-nama hewan di kebun binatang. Demikian seterusnya, dan tidak terasa akhirnya menjadi kebiasaan dengan menyebut nama hewan dan atau umpatan lainnya, bila mendapat perlakuan seperti itu. Celakanya tidak mudah untuk menghilangkan kebiasaan tersebut, dan bahkan boleh dibilang makin menjadi -- jadi.

Kebiasaan serupa, tetapi tidak sama adalah mencela. Seseorang yang sudah terbiasa mencela, rasanya tidak puas kalau tidak mengeluarkan celaan sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Ada orang berkendaraan dengan cepat, dikatakan larinya kayak setan; Sedangkan orang berkendaraan lambat, dikatakan lebih cepat gerobaknya. Melihat hasil kerja seseorang, dicela ini harusnya begini, yang itu harusnya begitu. Ada wanita memakai perhiasan emas, dikatakan kayak toko emas jalan. Dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya, pokoknya dimatanya terasa tidak ada yang benar, tidak ada yang tahu, tidak ada yang pintar dan lain sebagainya, kecuali dirinya.

Atas kebiasaan seperti itu dan atau yang senada dengan itu, hendaklah menjadikan seseorang waspada dan hati - hati akan tipu daya iblis, setan dan sebangsanya, yang memang berupaya menjerumuskan manusia kelembah sesat. Mereka selalu berupaya, agar perbuatan maksiat akan terlihat indah dan membuat seseorang merasa puas. Surat Al Hijr ayat 39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Orang merasa puas dan bangga bila dapat melakukan kebiasaan tersebut, padahal Tuhan telah berfirman dalam surat Al Humazah ayat 1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.

Lalu siapa yang dapat merubah kebiasaan tersebut, agar seseorang terhindar dari kecelakaan dihadapan Tuhan? Penyampai Risalah, Ustadz, Ulama, Kiai, Nabi, Tuhan? Mari ditunggu dengan sabar, artikel berikutnya dengan judul Menghindari Berpikir Lompat Waktu (2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun