Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dan Pintu Surga Terbuka

4 Juni 2019   05:03 Diperbarui: 4 Juni 2019   05:45 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Decit suara roda menggesek aspal membuat orang-orang terkejut dan menoleh. Dia nyaris tertabrak mobil jika saja supir terlambat membanting stir ke kanan. Ternyata supir bukan hanya pintar mengendarai mobil, namun juga memiliki kosakata tak senonoh lengkap yang dilontarkannya ke Mahfud dengan suara membahana dalam satu tarikan napas:

"... Goblok! Haram jadah! Mampus aja lu, monyet!"

Dan mobil itu segera menghilang.

Mahfud menelan penghinaan yang melipatgandakan frustrasinya hari itu yang ditanak matang oleh panasnya matahari. Segera saja wajahnya berubah sadis dan dia menggeram bagai iblis.

Dia membuka mulutnya untuk melemparkan kemarahannya pada gadis yang menatapnya dengan mata berair. Mata gadis itu menunjukkan sesuatu yang tidak bisa dia pahami. Apakah itu ucapan terima kasih? Permintaan maaf? Atau keduanya? 

Mahfud mengabaikannya karena dia tidak punya waktu untuk itu. Kata-kata mutiara ulangan dari pengemudi mobil barusan sudah berada di ujung lidahnya ketika gadis itu maju melangkah. Langkahnya yang tertatih-tatih terburu-buru, wajahnya meringis menahan sakit. Kakinya yang cacat terlihat saat dia melintas membuka jalur di depan Mahfud. Kemarahan di wajah Mahfud menghilang bagai air cucian di mesin pengering. Seseorang memungut kruk yang terjatuh di aspal dan memberikan pada gadis itu.

Mahfud menatap kakinya sendiri. Dia menatap sepeda motornya.

Ada banyak hal yang harus disyukuri, pikirnya dalam hati.

Dia mengangkat mukanya untuk melihat gadis itu yang tersenyum padanya.

"Silakan," kata Mahfud, mengangguk lembut.

Hanya tiga puluh detik, namun waktu terasa diam untuknya. Mahfud ingat dia menendang starter motornya untuk melanjutkan perjalanan. Ketika dia memutar gasnya, dia menyadari, dari arah berlawanan melaju sebuah mobil dengan kecepatan pesawat terbang hendak lepas landas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun