Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Sahabat dan Kanker

2 Juli 2017   00:06 Diperbarui: 2 Juli 2017   01:39 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam ini terasa hening, semua penghuni rumah sudah pergi ke pulau kapuk merajut bulu mata, hanya aku yang terjaga, mendadak teringat akan sahabatku, yahh aku mengingat perjuanganmu kawan, setelah aku membaca berita tentang dua artis yang pergi karena kanker.

----

"Bu Dinni ada benjolan kecil di payudaraku, aku takut ini penyakit berbahaya". Kau berkata menahan sedih.

aku berusaha menghibur, kau terdiam dan aku menganjurkan periksa ke dokter.

keesokan harinya kau menghampiriku sambil terisak, "ternyata ini kanker BU Dinni, ini kanker". Aku terdiam bingung mau bicara apa, aku merasakan kepedihan yang teramat dalam, ku peluk dan Kubiarkan kau menangis di pelukanku.

sahabat...bertahun-tahun kau tegar menghadapinya, aku menyaksikan sendiri perubahan drastis di tubuhmu, badanmu yang dulu segar dan montok kini terlihat layu, rambutmu yang panjang dan lebat perlahan berguguran sampai Tak tersisa, benjolan di Dadamu semakin membesar dan sekeras batu.

aku menyaksikan perjuanganmu melawan kanker dengan pulang pergi ke Jakarta seorang diri. 

Kau sering berkata, "tiap ke Jakarta satu Persatu teman seperjuanganku tiada, aku nunggu giliran, entah kapan aku sudah pasrah". Kau berkata sambil menerawang, aku berusaha menghibur walau menahan airmata.

sahabat 4 tahun kau berteman dengan kanker, tak pernah putus asa kau ingin melawan dia, kau sangat kuat. Semangat hidupmu sangat tinggi, karena kau teringat anak yang tinggal satu-satunya, anak bungsu mendahuluimu.

---

sahabat akhirnya kau menyerah, kanker itu semakin kuat menyebar ke mana-mana, akhirnya kau menyusul putri bungsumu. selamat jalan sahabat, kau tak merasakan sakit lagi. 

----

tak terasa 5 tahun lalu kau tinggalkan kami, masih terbayang semuanya, tak apa aku Merindukanmu. 

 

Apriani dinni

2 Juli 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun