Aku suka aneka minuman panas tanpa gula,
yang akan kuramu sendiri dengan gula merah kawung,Â
dan rasakan sensasi tumbukan keduanya,
di kancah lidah perasaku...
Era mabuk paket serba kemasan
nampaknya harus kita lampaui..,
dan kembali tuk menyayangi indera kita sendiri.
Jadikan indera bak kancah uji,
alih-alih sekedar menerima apa yang sudah berupa paketan terkemas.
Kuulangi sekali lagi,
Ada yang bersuara lantang bahwa pemulung itu orang paling merdeka...
Tidak, kataku!
Pemulung pun punya hierarkinya sendiri,
kau, pemulung, pungut kata di belantara kota,
lalu kau jual belikan,
atau kau telan langsungÂ
dan lontarkan seketika sebagai harta pengaya ego.
Mungkin ini pemulung yang belum merdeka, bak
rohaniwan pengeja dan pemuntah isi kitab, bak penggila medsos yang asal telan dan tebarkan;
 kau, pemulung, pungut kata di belantara kota,
kau cairkan kata, slogan, konsep, simbol
dengan api kancah praksis duniamu,
cairan itu lalu kau kembali bekukan ke dalam ujud baru kata seturut keyakinan dan pengalamanmu,
terbentuklah wacana!
Mungkin pemulung seperti ini adalah pemulung yang 'agak' merdeka, bakÂ
rohaniwan terdidik, ilmuwan politikus, atau penebar wacana tentang keagungan abadi satu simbol...
yang kerap kecewa ketika waktu mencairkan batu-batu es tempat kastil wacananya berdiri megah!
kau, pemulung, pungut kata di belantara kota,
kau cairkan kata, slogan, konsep, simbol..
Cairan itu, baik yang sangat cair atau yang agak kental
lalu kau jadikan cat minyak atau tanda nada irama,
dengan itu kau ciptakan lukisan atau partitur!
Lukisan atau partitur itu akhirnya kau bekukan kembali jadi
taman tempat kumbang dan tanaman memadu kasih!
taman surgawi...
Mungkin  pemulung tingkat seperti ini yang paling merdeka!