Selamat pagi kompasianer, beberapa tahun terakhir santer terdengar berita mengenai wacana pemidahan Ibu Kota Negara Indonesia, Jakarta dianggap sudah tidak mampu menanggung beban laju pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Selain itu Jakarta sudah semakin macet dari hari ke hari, banyak kegiatan perekonomian dan pemerintahan yang terhambat akibatnya.Â
Pemerintah berencana untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke wilayah lain di luar Jawa. Untuk mendukung pemindahan ibu kota ini, pemerintah menyiapkan standar kota untuk menjadi pengganti Jakarta.Â
Kenapa harus di luar pulau Jawa? Karena pulau Jawa sudah terlampau padat penduduknya, selain itu juga terlalu rawan bencana. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, "Standar ibu kota yang baik yaitu kota yang mampu memenuhi kebutuhan dasar penduduknya".
Pulau Kalimantan menjadi kandidat utama sebagai wilayah pemindahan Ibu Kota Negara, karena berdasarkan peta bencana merupakan wilayah yang jarang mengalami terjadi bencana alam, sehingga dianggap cocok sebagai pengganti Jakarta.
Wacana pemindahan ibu kota Indonesia bukanlah hal yang baru, bahkan sudah pernah diajukan sejak pemerintahan Presiden Soekarno. Saat ini, Presiden Joko Widodo benar-benar tak ingin hanya menjadi wacana, tetapi konkret dilakukan. Hal ini bertujuan agar tidak semakin tinggi tingkat ketimpangan di bidang pembangunan, ekonomi dan sosial antara pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Seperti kita ketahui kompasianer, 20 persen ekonomi Indonesia ada di Jakarta dan sekitarnya. Nah, kalau kita terus membiarkan ini berkelanjutan tanpa ada upaya yang serius, maka ketimpangan akan semakin parah. Pemindahan ibu kota akan menjadi solusi dan cara terbaik yang dapat dilakukan pemerintah.
Pindah Ibukota Negara : Belajar dari Pengalaman Negara Sahabat
Sudah banyak contoh negara sahabat yang sukses dalam melakukan pemindahan ibu kota negara, sejumlah negara seperti Brazil, Australia, Malaysia, Jepang, Inggris,Rusia, Pakistan,Tanzania, dan Kazakhstan melakukan pemindahan ibu kota dan mengalami banyak kemajuan setelahnya.
Indonesia belajar dari negara Brazil yang melakukan pemindahan ibu kota Brazil dari Rio de Janeiro ke Brasilia, ide awalnya adalah untuk lakukan penyebaran populasi masyarakat Brazil agar menjadi lebih imbang, namun seiring berjalannya waktu, penyebaran perekonomian dan pariwisata membuat Brazil lebih maju.
Pemindahan Ibu Kota Negara bukan hal baru, namun karena Indonesia yang merupakan negara kepulauan, wacana ini menjadi sedikit sulit dilakukan. Dengan terlaksananya pemindahan (ibu kota baru) diharapkan akan banyak sentra-sentra ekonomi baru dan akan muncul kota-kota satelit disekitarnya.
"Sebagai ukuran sukses, saat ini, Brasilia memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Brazil. Brasilia juga berjasa bagi penyebaran agribisnis karena peran sentralnya sebagai kota di tengah-tengah negara Brasil,"ungkap Duta Besar Brasil untuk Indonesia Rubem Barbosa.
Ada banyak persamaan antara Brazil dan Indonesia, dimana Brazil dan Indonesia merupakan negara yang sama-sama multi etnic, kalau multi etnic Indonesia adalah suku-suku asli Indonesia dari Aceh sampai Papua, sedangkan kalau multi etnic di Brazil adalah internasional, semua suku di dunia ada di Brazil.Â
Dikatakan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, pemindahan ibu kota negara tidak sepenuhnya menggunakan APBN, karena sumber pendapatan negara tidak semata-mata dari sana. Pembangunan ibu kota baru tidak akan mengurangi luas hutan lindung. Pada saat membangun ibu kota, pemeritah akan melalukan reforestrasi, konsep kotanya juga kota hijau sehingga hutan akan terjaga.
Pemerintah akan fokus pada tiga hal utama terkait dengan rencana pemindahan ibu kota Republik Indonesia dalam upaya untuk mengatasi ketimpangan, yaitu :
1. Industrialisasi di Luar Jawa,
2. Mengembangkan berbagai kawasan ekonomi,
3. Mengembangkan 6 metropolitan di Luar Jawa.
"Saya tidak mungkin mendesain kota sepi. Saya mendesain ibu kota baru untuk 1,5 juta orang. Kita tidak ciptakan Jakarta kedua, karena tak ingin kota terlalu besar yang timbulkan permasalahan. Kita ingin ciptakan kota yang livable," ungkap Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.
Jadi jangan harapkan ada Jakarta kedua, karena pemeritah memang tidak dalam upaya pembentukan hal tersebut. Pemerintah melalui Kementerian PPN/Bappenas telah melakukan studi sepanjang 1,5 tahun dan diprediksi Ibu Kota Negara dapat dipindahkan tahun 2024.
Kita tunggu ya, apa akan terwujud Indonesia yang lebih berkeadilan dan lebih makmur saat ibu kota negara sukses dipindahkan ke pulau Kalimantan.Â
Kalau kalian kira-kira akan setuju atau menolak realisasi pemindahan ibukota negara ini kompasianer? Kalau saya pribadi sih sangat setuju, karena berharap Indonesia dapat makmur dari Sabang sampai Merauke, bukan hanya di pulau Jawa.
Selain itu Jakarta memang semakin hari semakin padat, bahkan tidak ada gerak untuk bersantai, coba lihat tempat wisata yang seharusnya jadi tempat pelepas lelah, selalu padat dan ramai. Arus urbanisasi semakin tinggi dan tingkat stress semakin mengkhawatirkan.