SEUMPAMA gula, kau adalah air yang larutkan bongkah jiwaku
tak ada penopang sekaligus sandaran paling kokoh selain dirimu
darimu pula kudapatkan sayap dan inayat atas semua sarau
Mestinya tiada lagi syak wasangka sengit—mari manunggal sukma
pilin gairah filantropi, lekas usir acuman benci dari dada
jika angkara menuai cerai, setan pasti girang penuh tawa
Apatah guna setitik noktah bagi debit air nan meluap?
segala kesut hanyalah ilusi semu, bila perlu segera ditulup
penyatuan karsa terus terjalin selama bibir tidak saling mengatup
Yogyakarta, 07 Februari 2017
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!