Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidik: Pembelajar Sepanjang Hayat

9 Oktober 2019   13:59 Diperbarui: 9 Oktober 2019   14:23 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis paling kiri, peserta terbaik | dokpri

Pengamanan langsung menegur dengan ramah, "Maaf pak, ini gerbong khusus wanita." Wadduh. Dengan langkah malu-malu kaki berlanjut ke gerbong berikutnya sambal terus membaca. Pelayanan di sekolah pun begitu. Bukan membedakan. Akan tetapi, terkadang laki-laki dan perempuan membutuhkan "sentuhan" yang berbeda. Ingat, kata sentuhan penulis telah beri tanda petik.

Masih ada satu pengalaman penting di atas kereta cepat. Kawan saya menaikkan kaki ke atas kursi lalu memeluk lututnya. Dengan sigap petugas datang dan memperingatkan untuk menurunkan  kaki. Ingat bung "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung." Prak. Agak malu jadinya.

Jakarta dan Sensasinya

Semua kita tahu bahwa Jakarta adalah ibu kota negara tercinta. Di sanalah segala hal tentang Indonesia dirancang. Dibincang oleh orang-orang cerdas yang telah kita percayakan untuk mengurus kemaslahatan kita bersama. Penulis "cemburu" dengan Jakarta. Seluruh moda transportasi terintegrasi. Kehidupan serba terpenuhi. Gaya hidup terlayani dengan sempurna. Apa yang layak untuk kita jadikan sebagai pembelajaran dari Jakarta. 

Ada beberapa yang penulis temukan. Pertama, kerja keras. Kehidupan berdenyut di Jakarta selama 24 jam. Tukang ojek, warung pinggir jalan, toko sembako, hingga tukang kopi keliling terjaga dan siap melayani kapan kita mau. Tinggal butuh uang tentunya. Mereka senantiasa menjaga asa untuk tetap menikmati kota Jakarta dengan bekerja keras. 

Bekerja keras mesti hadir dalam diri peserta didik bukan karena keterpaksaan. Kerja keras berbeda dengan kerja kasar ya. 

Kedua, religius dan toleransi. Keberagaamaan di negara ini dijamin bagi setiap warna negara. Masjid istiqlal dan gereja katedral yang berdiri kokok di pusat kota cukup memberikan kita pembelajaran bahwa setiap manusia membutuhkan Tuhan dalam kehidupannya. Hiruk pikuk kota diistirahatkan dengan suara azan lima kali setiap hari. 

Kesibukan selama sepekan bagi umat kristiani, direfleksi setiap hari Ahad di gereja. Penulis bertanya, bagaimana mereka menjaga toleransi. Hal sederhana adalah membiarkan halaman Katedral sebagai tempat parkir bagi umat muslim ketika parkiran di Istiqlal tidak mampu menampung. Luar biasa.

Wahai guru pembelajar. Belajarlah sepanjang hayat. Jadikanlah setiap ruang dalam kehidupan kita sebagai media pembelajaran. Ruang-ruang kelas tidak mesti berada dalam ruang yang dibatasi dengan empat sisi tembok yang kokoh. Pastikan bahwa peserta didik yang menaruh harapan kepada kita memperoleh sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Mereka adalah subjek-subjek, sama seperti kita, yang mungkin saja darinya kita akan paham makna pembelajaran.

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun