Sementara di tingkat sekolah, pembelajaran lebih bersifat tatap muka dan berinteraksi langsung dengan siswa. Pemanfaatan komputer hanya lebih bersifat pemanfaatan media pembelajaran. Apalagi banyak sekolah --terutama SD dan SMP-- yang melarang siswanya membawa HP ke sekolah, dengan berbagai alasan yang tentu menyudutkan siswa.
Kumunculan virus Corona ini, akan "memaksa" guru mengoptimalkan pembelajaran berbasis online, karena untuk bertatap muka langsung tidak memungkinkan. Karenanya, suka tidak suka, mau tidak mau, guru terpaksa mengajak siswa menggunakan HP atau laptop di rumah.Â
Sementara itu, tentu tidak semua siswa memiliki laptop. Berbeda dengan HP, hampir semua siswa memilikinya. Jadi, begitu istilah belajar online dimunculkan, maka HP akan menjadi media utama yang akan digunakan.
Selama wabah pandemi global ini terjadi, banyak aplikasi yang menyediakan ruang belajar gratis untuk siswa dan guru. Hal ini patut diacungkan jempol untuk penyedia layanan ini, seperti  Ruang Guru, Zenius, Sekolahmu, Bahaso, Kelas Pintar, dan Quipper. Â
Mereka telah siap dengan berbagai konten pembelajaran untuk semua tingkatan kelas, mulai dari materi, video pembelajaran, hingga kumpulan soal.Â
Sementara Microsoft dengan Office 365 dan Google melalui G Suite for Education (Classroom) menyediakan fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa, misalnya membuat kelas belajar, menyusun materi, mengirim tugas, memeriksa dan skor hasil tugas, dan sebagainya.
Kesiapan Guru
Namun yang menjadi permasalahan di negara kita adalah, sejauh mana kompetensi guru-guru dalam hal penguasaan terhadap teknologi. Apakah mereka cepat tanggap dalam menghadapi situasi seperti ini?
Penguasaan teknologi untuk pendidikan dan pembelajaran di daerah kita cukup lambat, sehingga begitu muncul kejadian yang begitu cepat, banyak guru yang tidak sigap menanganinya.Â
Tidak bisa dipungkiri, masih banyak guru-guru yang belum familiar dengan teknologi informasi. Mereka memiliki HP yang cukup canggih, namun masih belum bisa memanfaatkan fasilitas yang dimiliki, selain untuk foto selfi dan meng-uploadnya ke media sosial, mem-forward tulisan, gambar, atau video lucu. Sangat jarang memanfaatkan HP-nya sebagai media pembelajaran.
Memang, tidak semua guru seperti itu, masih banyak juga guru yang selalu meng-update dan meng-upgrade kemampuan, wawasan, dan pengetahuannya. Hanya saja, kalau dipersentasekan secara umum, mungkin nilainya lebih kecil.