Di kemudian hari, baru saya mengetahui alasan dibalik penolakan (melalui orang lain). Teman perempuan tidak sreg dengan pekerjaan si bapak, dan satu lagi alasan si Bapak lulusan SMA (duuh, masih ada ya mempersoalkan lulusan dan bengkel -- padahal owner lho)
Kita Tidak Sempurna Maka Perlu Menikah
"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya." (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)
Nabi pertama Adam AS, diciptakan Alloh SWT dan tinggal di dalam surga. Namanya tinggal di Surga, maka fasilitas disediakan sudah pasti lengkap dan nyaman. Kemudian menyusul Siti Hawa diciptakan, konon (menurut beberapa sumber) diambil dari tulang rusuk Nabi Adam.
Bermula dari dua leluhur manusia (Adam dan Hawa) inilah, akhirnya beranak pinak berketurunan, hingga sampai kita manusia akhir jaman. Belajar dari kejadian ini pula, saya meyakini bahwa berpasangan (laki-laki  dan perempuan) adalah fitrah manusia.
Kalaupun (misalnya) ada, sampai berumur lanjut tetapi belum bersua pasangan. Hal ini di luar kuasa manusia, karena yang jauh lebih penting adalah kita sudah berusaha maksimal. Jangan sampai, semangat serta pengharapan itu padam.
-------
Pernikahan bukan jaminan lepas dari permasalahan, tetapi menikah adalah kesempatan belajar mendewasakan diri. Menikah pasti ada tantangan, tetapi manusia dibekali akal pikiran untuk menyelesaikan.
Tugas kita sebatas berusaha menemukan jalan keluar, jadi (menurut saya) point kuatnya adalah seberapa sungguh-sungguh usaha. Â Kesungguhan dalam berusaha, akan mempengaruhi kualitas hasil dan menentukan kualitas manusia itu sendiri.