Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karena Tidak Sempurna, Maka Kita Perlu Menikah

18 November 2019   20:48 Diperbarui: 19 November 2019   05:02 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari saya pernah dititipi pesan, seorang teman minta dicarikan kenalan. Teman perempuan masih lajang, usianya (sekira) menjelang 40 tahun-an.  Teman ini memiliki perawakan mungil, tetapi parasnya lumayan manis.  "Duda nggak apa-apa, yang penting saya tidak merebut suami orang" ujarnya.

Atas alasan ingin membantu beribadah (menikah kan ibadah ya), saya tidak keberatan menunaikan pesan tersebut. Sampai rumah, pesan saya teruskan ke istri. Siapa tahu, istri bisa membantu atau punya kenalan atau teman yang sedang mencari calon istri.

Tak berselang lama, hasil dari bincang-bincang dengan istri kemudian diteruskan ke kakak ipar. Kami mendapatkan satu nama, seorang duda dengan dua anak (istri meninggal dua tahunan) usia 45 tahun. Si Pria sedang mencari istri, rasanya cukup menduda sekian lama.

Maka ketika bertemu teman perempuan, sekilas informasi tentang  lelaki hendak dikenalkan saya sampaikan. Bahwa si Bapak adalah pemilik bengkel motor cukup maju, terbukti mempunyai beberapa pekerja. Masalah keseriusan jangan ditanya, ayah rendah hati ini sedang mencari istri.

Di tengah obrolan saya melihat dengan jelas, bagaimana perubahan garis wajah teman perempuan ini. Hanya dalam hitungan menit, air muka yang tadinya bersemangat berubah menjadi kurang antusias. Setelah sekira cukup memberi informasi, saya berusaha meyakinkan, bahwa laki-laki ini (yang saya kenalkan) cocok sebagai suami. "Hmmm, ntar gue pikir-pikir dulu ya" balasnya ragu-ragu.

Saya sendiri, pastinya tidak sembarangan mencarikan kenalan. Sengaja melibatkan istri (kemudian diteruskan ke kakak ipar), agar ada yang diajak berdiskusi dan diminta sumbang saran.

Pertimbangan yang cukup menguatkan, duda sekaligus ayah berarti pengalaman dalam berumah tangga sudah terbukti. Bercerai karena meninggal, bahkan hingga dua tahun selepas kepergian istri belum menikah artinya (bisa dikategorikan) type lelaki setia.

dokpri
dokpri
-----

Seminggu, dua minggu, sebulan berlalu, sejak terdengar jawaban "Hmmm, ntar gue pikir-pikir dulu ya" rupanya tak ada perkembangan. Sayapun juga enggan menanyakan kelanjutannya, kawatir menyinggung perasaan. Dari sikap ditunjukkan saya membaca gelagat, teman perempuan tidak ingin menindaklanjuti nama saya sampaikan. Apa alasan dibalik keengganan, (kala itu) saya juga tidak paham karena tidak diberitahu.

Sebagai orang yang diminta tolong, setidaknya saya sudah menunaikan kesanggupan. Dan saya juga merasa tidak mempunyai beban, karena toh masih pada tahapan sangat awal (belum ada pertemuan dua pihak). Kepada teman perempuan, atau kepada bapak pemilik bengkel, posisi saya masih relatif netral.

Menillik dari mandegnya perkembangan, setidaknya saya punya kesimpulan. Mengapa sampai usia paruh baya, teman perempuan belum juga menikah. Dan sejak saat itu, teman perempuan tidak pernah minta dicarikan kenalan lagi (melalui saya).

Di kemudian hari, baru saya mengetahui alasan dibalik penolakan (melalui orang lain). Teman perempuan tidak sreg dengan pekerjaan si bapak, dan satu lagi alasan si Bapak lulusan SMA (duuh, masih ada ya mempersoalkan lulusan dan bengkel -- padahal owner lho)

Kita Tidak Sempurna Maka Perlu Menikah

"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya." (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)


Nabi pertama Adam AS, diciptakan Alloh SWT dan tinggal di dalam surga. Namanya tinggal di Surga, maka fasilitas disediakan sudah pasti lengkap dan nyaman. Kemudian menyusul Siti Hawa diciptakan, konon (menurut beberapa sumber) diambil dari tulang rusuk Nabi Adam.

Bermula dari dua leluhur manusia (Adam dan Hawa) inilah, akhirnya beranak pinak berketurunan, hingga sampai kita manusia akhir jaman. Belajar dari kejadian ini pula, saya meyakini bahwa berpasangan (laki-laki  dan perempuan) adalah fitrah manusia.

islamidia.com
islamidia.com
Setap orang sangat membutuhkan orang lain, maka kehidupan menghadirkan pernikahan. Secara kodrati, setiap orang dilahirkan sudah disediakan pasangan. Sudah menjadi tugas kita, berbaik prasangka dan introspeksi diri. Jangan pantang menyerah, berusaha untuk bersua dan menjemput belahan jiwa.

Kalaupun (misalnya) ada, sampai berumur lanjut tetapi belum bersua pasangan. Hal ini di luar kuasa manusia, karena yang jauh lebih penting adalah kita sudah berusaha maksimal. Jangan sampai, semangat serta pengharapan itu padam.

-------

dokpri
dokpri
Bagi saya, pernikahan bukan setumpuk teori rumit dan njlimet. Pernikahan, bukan definisi dengan kalimat bersayap penuh retorika. Pernikahan adalah layaknya menjalani kehidupan keseharian, dengan aneka permasalahan yang sangat wajar. Pernikahan adalah pembuktian, atas komitmen atau janji pernah diucapkan saat ijab.

Pernikahan bukan jaminan lepas dari permasalahan, tetapi menikah adalah kesempatan belajar mendewasakan diri. Menikah pasti ada tantangan, tetapi manusia dibekali akal pikiran untuk menyelesaikan.

Tugas kita sebatas berusaha menemukan jalan keluar, jadi (menurut saya) point kuatnya adalah seberapa sungguh-sungguh usaha.  Kesungguhan dalam berusaha, akan mempengaruhi kualitas hasil dan menentukan kualitas manusia itu sendiri.

dokpri
dokpri
Pernikahan ibarat perjalanan panjang, membutuhkan stamina prima, kerjasama dan kekompakan suami dan istri.  Berat atau ringannya kehidupan pernikahan, tergantung bagaimana setiap pasangan mengisi kehidupan pernikahan.

Kita manusia diciptakan tidak ada yang sempurna, sehingga butuh orang lain untuk saling melengkapi satu dengan lainnya. Karena ketidaksempurnaan itu, menikah menjadi (salah satu) kodrat kehidupan.

Yuk terus belajar, menjadikan pernikahan sebagai jalan untuk menggenapkan agama. Agar setiap masalah dihadapi (dalam pernikahan), bisa menjadi jalan untuk membenahi diri - Wallahu'alam.

Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun