Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sambut Ramadan, Ketapels Munggahan di Ludens Cafe

8 Mei 2019   02:57 Diperbarui: 8 Mei 2019   03:02 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring berjalannya waktu, Maryono bertemu dengan Bayu Murdiyanto dan Setiadi Liem, keduanya adalah guru di sebuah sekolah swasta di daerah BSD Tangsel. "Anak saya, Owen, dulu muridnya Bapak" sergah Mey Agatha, member Ketapels yang terkenal on time dan (super) tegas ini. "O, Owen, Iya saya kenal," tukas Setiadi

Kopi Jahe ala Ludens Cafe-dokpri
Kopi Jahe ala Ludens Cafe-dokpri
Pembagian tugas di Ludens Cafe cukup tertata, Setiadi (Manager Event dan pengelola distro) menghandle distro garment, punya mimpi untuk menyampaikan ide-ide melalui produk distro di Ludens Cafe. Sementara Bayu Murdiyanto (Barista dan manager Operasinal), tampak paham dan menguasai hulu ke hilir tantang kopi, dan nyatanya racikan Bayu memang endeus---saya sudah rasakan sendiri.

Melihat tiga kepala kelurga ini, saya seperti bercermin pada diri sendiri, bahwa pada satu titik kita musti berani mengambil keputusan besar. Maryono, Setiadi dan Bayu, telah berani mengambil langkah baru dan berani resign atau keluar dari zona nyaman -- keputusan yang sama saya ambil tujuh tahun silam.

Perjuangan sebenarnya, dimulai setelah keluar dari zona nyaman tersebut, namun saya yakin Maryono sudah membuktikan ketangguhan (karena resign beberapa tahun lebih dulu) Sementara Setiadi dan Bayu, keduanya belum lama resign, namun rasa percaya diri dan optimisnya begitu mengemuka, sangat cukup dijadikan modal berwirausaha. 

suasana bincang-bincang- dokpri
suasana bincang-bincang- dokpri
--------

Kata Ludens diambil dari bahasa latin, artinya bermain atau permainan, maka tak mengherankan, pertama kami sampai kesan bermain saya bisa rasakan melalui kuis. Menurut Setiadi, pada dasarnya manusia suka bermain, bahkan sampai dewasa, semua tantangan yang kita hadapi dalam hidup ini (sebenarnya) tak lebih dari permainan juga.

Cafe yang dikonsep lesehan,  tampak belum sepenuhnya rampung dikerjakan, di bagian atas plafonnya masih terbuka. Kedatangan Ketapels, bertepatan dengan hari pertama pembukaan, setelah tanggal 27 April soft opening diisi tester makanan. Kami mengitari meja yang dibuat dari potongan papan, duduk di atas rumput yang terbuat dari bahan sintetik.

Lokasi Ludens Cafe dulunya adalah Ayam Kelaten, milik Maryono, setelah joint Setiadi dan Bayu Murdiyanto berubah konsep tiga dalam satu (3 in 1). Ludens, menggabungkan Cafe, Bars dan Distro, pengunjung diajak menikmati one stop shopping, tidak hannya datang dan bersantap makanan.

Pengunjung bisa membeli souvenir (aneka merchandise) ala Ludens Cafe, bahkan bisa memesan dengan design khusus, untuk dibawa pulang setelah selesai bersantap di Cafe.

WAG Ketapels
WAG Ketapels
Untuk Bars, menjadi "wilayah kekuasaan" Bayu, pria berkacamata ini tampak begitu cekatan dan menguasai bagaimana memperlakukan kopi. Menurutnya, setiap dua minggu sekali dilakukan rolling jenis kopi, agar pelanggan bisa mencicipi biji kopi dari berbagai daerah di nusantara (baik single, origin, blending).

Pada saat Ketapels datang, tersedia kopi Gayo, kopi Banyumas dan Kopi Muria. Biji kopi tersebut, disulap menjadi aneka minuman. Seperti Kopi susu, Cappucino, Espresso. Kopi Jahe , Moccachino. Kopi rempah, Kopi Tubruk, V60 dan Vietnam Drip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun