Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Boleh Sayang Anak Tapi Jangan Berlebihan

8 Agustus 2017   18:49 Diperbarui: 8 Agustus 2017   19:05 7130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suami istri sangat menjaga janin tetap sehat, rutin kontrol ke dokter dan memberi nutrisi terbaik. Bayi di perut selalu dielus, mengalirkan doa pengharapan kala hening maupun dalam bising.

Memasuki usia sembilan bulan kehamilan, menjadi saat mendebarkan bagi ayah dan ibu muda. Sampai saat dinanti tiba, dua bayi laki laki lahir dalam jarak beberapa menit. Keduanya lahir dengan selamat didampingi sang suami, badannya sehat berkat asupan yang bagus selama di perut ibunya.

Sebagai suami siaga, selain mendampingi saat melahirkan juga memotong tali plasenta. Sesaat setelah buah hati menghirup hawa dunia, segera dibisikkan adzan dan iqomat di telinga kanan dan kiri kedua jagoan.

Kebahagiaan yang begitu sempurna, buah hati yang dinanti menyemarakkan keluarga kecil ini. Matahari benar-benar bersinar di hati sang ibu, sepenuh kasih sayang tercurah untuk buah hati yang diharap kehadirannya.

Ternyata ujian belum juga selesai, pada usia tiga tahun satu dari anak kembar berpulang karena sakit. Saudara muda kembar sehat wal'afiat, kini satu sekolah dengan anak sulung kami.

-0o0-

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
"Aku gak ingin anakku merasakan susah seperti aku dulu" ujar si ibu suatu saat.

Tanpa janjian sebelumnya, saya dan istri beradu pandang pada detik yang sama. Seolah menyepakati satu hal, bahwa ucapan ibu tidak sejalan dengan pikiran kami.

Kalimat penyanggahan secara halus kami utarakan, meski setelah itu terlihat tidak dipedulikan. Namun apalah daya, toh keputusannya tidak menganggu dan menyusahkan orang lain.

Menilik perjalanan hidupnya, anak kesayangan ini diperoleh dengan sepenuh pengharapan. Akhirnya kami sepakat memaklumi, meskipun tak lepas memikirkan kemungkinan dampak di kemudian hari.

Sebegitu sayang si ibu nyaris tak berdaya, segala kemauan anak dituruti. Mulai dari makanan, pakaian, peralatan sekolah, mainan dan segala macam disebutkan bakal terwujud. Selalu barang dengan harga terbaik dibawa pulang, sebagai penawar keinginan buah hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun