Seminggu setelah periksa dokter, meskipun obat juga rutin dikonsumsi, kondisi Bapak kembali memburuk. Sebuah pesan dari aplikasi berwarna hijau itu sempat kubaca. Ternyata dari tetangga dekat rumah Bapak.
[Mbak, Pakde kondisinya sangat memburuk, segera ke sini, ya?]
Kubalas pesan itu, dan segera menemui Bapak. Benar saja, lelaki itu sudah terbaring lemah di tempat tidur. Raganya terlihat begitu kurus, tinggal tulang yang hanya sedikit terbalut daging. Beberapa kali sempat memanggil kedua orang tuanya, dan kerabat yang telah meninggal. Hatiku makin waswas mendengar panggilan itu.
"Pak, Mbok. Simbok ...."
Tatapan mata Bapak seakan tertuju pada sebuah wajah yang berada di depannya.
Ya Allah, apakah umur Bapak tinggal beberapa saat lagi?Jangan ambil dulu Bapakku, ya Allah. Aku belum sempat berbakti lebih banyak padanya.
"Ini hari apa? Kapan hari Jumat?"
Pertanyaan itu diulang berkali-kali oleh Bapak.
"Aku ingin makan ketela," pinta Bapak pada suatu malam.
Kok aneh, permintaannya. Malam-malam begini minta ketela pohon?Huh, jangan-jangan ini hanya firasat saja. Ah, nggak, jangan ambil dulu  Bapakku, ya Allah.
Kondisi bapak semakin menurun, meskipun sudah masuk rumah sakit beberapa hari. Matanya selalu terpejam, selang infus dan oksigen juga setia menemaninya.