Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gara-gara Lombok

2 Januari 2021   16:24 Diperbarui: 2 Januari 2021   16:26 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kang Rejo tidak menjawab pertanyaan istrinya, dan segera merebahkan diri serta menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Sumini bangun dan seperti biasa, aktivitas paginya pun dimulai. Tangannya lincah meramu masakan. Dari arah dapur mulai tercium bau masakan.

Saat azan subuh berkumandang, Kang Rejo dibangunkan Sumini.

Beberapa kali Sumini membangunkannya, tapi tidak ada sahutan. Sumini pun beberapa kali menggoyang-goyangkan tubuh suaminya, agar segera bangun dan salat subuh.

Kang Rejo tiba-tiba tidak mampu berbicara, hanya terdengar lenguhan seperti sapi. Tangannya kini membantu menyampaikan maksudnya. Sumini segera mengambil kertas dan menyodorkan pada suaminya.

Sumini tak kuasa menahan air mata, saat mengetahui suaminya menjadi bisu.

"Kang ... istigfar. Kok menjadi begini, sih, Kang. Apa kesambet penunggu, di mana Kang? Ayo Kang tolonglah ceritakan!" pinta Sumini pada suaminya yang kini mulai menitikkan air mata juga.

Tidak mau berlarut-larut dalam tanya yang tidak pasti, akhirnya Sumini pun meminta tolong pada orang yang dianggap mengerti.

Sumini tampak manggut-manggut setelah dijelaskan oleh Mbah Soma. Tidak sabar menanti nasib suaminya, Sumini pun buru-buru bertanya pada Mabh Soma.

"Maaf Mbah, terus suami saya dapat sembuh nggak ya?"

"Tergantung. Maksudnya tergantung yang punya lombok ikhlas tidak. Jika tidak ikhlas ya, selamanya akan seperti itu."

Wajah Sumini tampak lesu mendengar jawaban Mbah Soma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun