Mohon tunggu...
Zulfikar Audia Pratama
Zulfikar Audia Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa

Pemuda berasal dari Mojokerto Jawa Timur ini sedang menempuh studinya di International Islamic University of Islamabad Pakistan. Zulfikar Audia Pratama bisa ditemui di Instagram dengan nama akun @zulfikar.pratama12

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Perahu Kertas

29 September 2025   19:22 Diperbarui: 29 September 2025   19:22 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://share.google/images/wlf4UwbPu5aXy3JtI

Diam sejenak, Pak Imam menghela nafas panjang dan bicara lebih jujur. Ia merasa lelah yang teramat lelah. Beban hidup seolah tak kunjung reda, dan ia tak tahu lagi jalan mana yang harus ditempuh untuk keluar dari kesulitan ini. Semua terasa gelap, buntu, dan menyesakkan.

Namun, ditengah sunyi yang menghimpit, senyum kecil Aisyah justru tumbuh. Ia meraih sebuah perahu kertas dari sudut ruangan dan mengulurkannya kepada Ayah.

"Setiap perahu kertas ini adalah harapan, Ayah," katanya penuh keyakinan. "Aku percaya mereka akan berlayar jauh dan membawa kita ke tempat yang lebih baik."

Pak Imam menatap perahu kertas itu lama, tangan kecil Aisyah, matanya bersinar, dan kalimat sederhana itu mengalirkan sesuatu yang tak bisa dijelaskan: hangat, dalam, dan penuh harapan.

Kata-kata Aisyah seperti cahaya yang menembus kabut gelap di hati Pak Imam. Perlahan, ia sadar bahwa selama ini ia terlalu terfokus pada badai yang mengguncang hidupnya, kesulitan demi kesulitan, kegagalan demi kegagalan, hingga ia lupa melihat harapan yang terhampar didepannya. Harapan yang bernama Aisyah, yang meski hidup dalam kekurangan, tetap menjaga semangat pantang menyerah dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.

Dengan hati yang perlahan pulih, Pak Imam bangkit. Ia tidak ingin membiarkan putrinya tumbuh dalam kegelapan yang sama. Ia mulai bekerja lebih keras, mencari peluang tambahan yang tak pernah ia pertimbangkan sebelumnya. Ia bahkan mencoba menjual kerajinan tangan yang dibuatnya sendiri, berharap setiap usaha akan membawa mereka lebih dekat pada kehidupan yanng lebih baik. Perjalanan mereka memang berat, namun setiap titik kelelahan dan keputusasaan, Pak Imam selalu teringat dengan perahu kertas Aisyah yang berlayar ditengah badai, mengingatkan bahwa harapan sekecil apapun tetap mampu mengarungi gelombang kehidupan.

Bertahun-tahun kemudian, kehidupan mereka berubah. Mereka berhasil keluar dari kemiskinan, dan rumah yang mereka tempati kini jauh berbeda, lebih nyaman, lebih aman. Suatu hari, ketika hujan mulai turun dengan deras, Pak Imam duduk di teras rumahnya yang kini rapi dan hangat. Dihadapannya, Aisyah yang kini sudah tumbuh dewasa tengah duduk dibawah atap yang teduh, sibuk membuat perahu kertas dari lembaran origami. Ia tersenyum kecil, melipat dan merangkai kertas itu dengan telaten, seolah menghidupkan kembali kenangan lama yang penuh pelajaran.

Pak Imam menatapnya, hatinya penuh syukur. Perahu kertas itu, meski sederhana, mengingatkannya pada perjalanan panjang mereka. Betapa Aisyah, dengan segala keyakinannya, telah mengajarkan bahwa, ditengah badai pun, harapan dan impian tetap bisa berlayar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun