Saya sempatkan bertanya kepada beberapa remaja yang aktif membantu kegiatan yang berlangsung di mushala Al-Amin sebab sangat sulit untuk menemui Pak Imam Fauzi secara langsung. Beliau merupakan guru di SDI terdekat sehingga memiliki banyak kegiatan.Â
Akhirnya saya tanyakan kepada seorang remaja yang aktif membantu kegiatan bersama Pak Imam, namanya Fahri. Berusia 16 tahun. Bersekolah di SMP Islam terdekat di lingkungan saya. Dia sedikit banyak tahu mengenai acara atau tradisi yang sering diadakan di desa sebelum ramadan tiba.
"Saya biasanya punya tugas untuk adzan Mbak, saya juga bantu-bantu sebarkan informasi serta undangan apabila ada acara yang akan terselenggara di mushala. Untuk menjelang ramadan, kami biasa doa bersama. Tiap keluarga bersedekah dan membawa makanan untuk saling ditukar dan dibagikan.Â
Sebelum itu biasanya mereka sowan dateng sarean terlebih dahulu. Untuk mengirim tahlil kepada keluarga yang telah kembali ke yang Maha Kuasa," Fahri berkata menjelaskan kepada saya. Saya sering lihat dia mondar-mandir di mushala, selain aktif membantu kegiatan di mushala bersama Pak Imam, ia sering mengajak anak-anak di lingkungan mushala untuk ikut salat jamaah.Â
Dia cukup terkenal, maka dari itu Pak Imam Fauzi memberi banyak kepercayaan selama beliau belum bisa menghandle acara dengan baik.
Memang apa yang dikatakan Fahri benar, sepengamatan saya, warga-warga selalu antusias ketika ramadan tiba. Mereka tidak segan untuk membawa banyak makanan dengan tujuan bersedekah. Mereka sangat terbuka apabila diminta untuk memberi sumbangan untuk menunjang pembangunan dan perluasan mushala. Fahri adalah salah satu remaja yang juga ikut membantu pembangunan mushala.
"Ya saya mampunya cuma angkat-angkat batako Mbak, ndak banyak. Yang lainnya dikerjakan warga yang lebih mumpuni di bidangnya. Pak Imam biasanya bagian koordinasi, ada bagian keuangan, ada Pak Aziz yang juga kebetulan kuli seperti Almarhum Pak Mudhofir. Saya setelah solat Isya bantu dikit. Semua dilakukan biar pas solat tarawih warga pada nyaman dan khusyu ibadah."
Fahri bercerita bagaimana ia sisihkan waktu demi membantu pembangunan mushala dengan padatnya kegiatan sekolah. Bertahun-tahun lalu, Ayah saya juga turut ikut dalam seluruh kegiatan dan tradisi di mushala kami. Tetapi beliau sudah lebih dahulu menemui ajal dan berpulang ke rahmatullah. Sehingga pada tahun-tahun berikutnya, Fahri, Pak Imam Fauzi, dan beberapa warga lain semakin aktif mencari relawan.
Tradisi yang sudah dipertahankan berpuluh-puluh tahun ini memiliki tujuan untuk mengimplementasikan akhlak baik di kehidupan sehari-hari. Para warga dituntut untuk ikhlas memberi sedekah kepada sesama, berdoa dengan khusyu kepada Sang Pencipta, meminta perlindungan sehingga semoga pada tahun berikutnya dapat dipertemukan kembali kepada ramadan.
Fahri adalah salah satu contoh remaja yang masih memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Ia tetap pergi ke mushala walau berjalan kaki, ia tetap sempatkan untuk mengumandangkan adzan. Ia bahkan tidak pernah menolak apabila pengurus mushala meminta ini itu bantuan dan semacamnya ketika Fahri sibuk. Selain pengetahuan mengenai tradisi menjelang ramadan yang rutin dilakukan, saya mendapat hal baik lain. Yaitu sikap teladan seorang remaja lelaki. Gigihnya, rajinnya, saya sungguh terpana. Kami masih memiliki hubungan saudara, Fahri tidak segan menyampaikan berbagai informasi ketika Pak Imam sedang tidak memiliki kesempatan, atau kondisinya tidak memungkinkan sebab kesibukannya sebagai seorang guru.