Mohon tunggu...
Zulfa MuasarohBinti
Zulfa MuasarohBinti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Zulfa, mahasiswi jurusan Perbankan Syariah

Saya Zulfa, mahasiswi jurusan Perbankan Syariah di salah satu PTKIN di Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiga Tradisi Menjelang Ramadan ala Warga Mushala Al-Amin!

28 Mei 2022   12:07 Diperbarui: 28 Mei 2022   12:11 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mushala pada siang hari. Dokpri

Ramadan tahun ini terasa berbeda dari dua tahun belakangan.

Tahun ini nampak normal, seperti tidak ada batasan yang perlu dikhawatirkan. Kami senang, umat islam akhirnya dapat menikmati kegiatan ibadah tahunan dengan rasa yang bahagia dan penuh suka cita.

Banyak sekali hal-hal yang tidak bisa dilaksanakan dengan baik selama pandemi mendera, seperti acara doa bersama sebelum ramadan. Kami sebut acara itu megengan. Juga beberapa tradisi lain seperti sungkem dateng bopo lan ibu (sungkem kepada ayah dan ibu), juga sowan dateng kramatan (datang ke makam). 

Tiga tradisi ini kami lakukan tiap kali ramadan akan tiba. Bukan hanya keluarga, namun tradisi tersebut dilakukan seluruh penduduk desa tiap satu, dua, atau tiga hari sebelum ramadan.

Megengan secara bahasa berarti menahan. Seperti dalam ungkapan megeng nafas, artinya menahan nafas, megeng hawa nafsu artinya menahan hawa nafsu dan lainnya. Secara simbolik, bahwa upacara megengan berarti menjadi penanda bahwa umat muslim akan memasuki bulan puasa. 

Megengan merupakan tradisi memberikan berkat atau makanan kepada tetangga, salah satu makanan yang ada di dalamnya yaitu kue apem. Disebutkan, tradisi ini bertujuan untuk mensucikan diri agar mendapat ampunan di Bulan Ramadan.

Di sekitar rumah saya terdapan mushala, di mana kami biasa habiskan waktu untuk berdoa bersama bersama Imam mushala. Mereka akan panjatkan doa-doa agara ramadan tahun ini dapat berlalu dengan baik. Pak Imam Fauzi, selaku pengurus aktif mushala Al-Amin (mushala yang saya maksud) akan memberi pengumuman beberapa hari sebelum megengan dilaksanakan. 

Biasanya beliau akan memebri waktu agar masing-masing keluarga dapat bersiap untuk ke sarean (makam) sebelum megengan dimulai.

"Biasanya megengan dilakukan satu, dua, atau tiga hari sebelu ramadan, maka saya selaku perwakilan dari mushala Al-Amin akan memberi pengumuman yang ditujukan kepada seluruh warga sekitar mushala. Kami harapkan ada keikhlasan warga untuk membawa berkatan (nasi dan kudapan lain). Tidak diwajibkan, sebab acara inti pada hari itu adalah doa bersama, memohon perlindungan dan ampunan kepada Allah."

Saya dengar Pak Imam berkata demikian pada ramadan-ramadan sebelumnya. Tetapi dua tahun belakangan kami tidak dapat selenggarakan megengan, terkendala covid. Ketika tahun ini diadakan, antusiasme warga sungguh diluar bayangan.

Saya sempatkan bertanya kepada beberapa remaja yang aktif membantu kegiatan yang berlangsung di mushala Al-Amin sebab sangat sulit untuk menemui Pak Imam Fauzi secara langsung. Beliau merupakan guru di SDI terdekat sehingga memiliki banyak kegiatan. 

Akhirnya saya tanyakan kepada seorang remaja yang aktif membantu kegiatan bersama Pak Imam, namanya Fahri. Berusia 16 tahun. Bersekolah di SMP Islam terdekat di lingkungan saya. Dia sedikit banyak tahu mengenai acara atau tradisi yang sering diadakan di desa sebelum ramadan tiba.

"Saya biasanya punya tugas untuk adzan Mbak, saya juga bantu-bantu sebarkan informasi serta undangan apabila ada acara yang akan terselenggara di mushala. Untuk menjelang ramadan, kami biasa doa bersama. Tiap keluarga bersedekah dan membawa makanan untuk saling ditukar dan dibagikan. 

Sebelum itu biasanya mereka sowan dateng sarean terlebih dahulu. Untuk mengirim tahlil kepada keluarga yang telah kembali ke yang Maha Kuasa," Fahri berkata menjelaskan kepada saya. Saya sering lihat dia mondar-mandir di mushala, selain aktif membantu kegiatan di mushala bersama Pak Imam, ia sering mengajak anak-anak di lingkungan mushala untuk ikut salat jamaah. 

Dia cukup terkenal, maka dari itu Pak Imam Fauzi memberi banyak kepercayaan selama beliau belum bisa menghandle acara dengan baik.

Memang apa yang dikatakan Fahri benar, sepengamatan saya, warga-warga selalu antusias ketika ramadan tiba. Mereka tidak segan untuk membawa banyak makanan dengan tujuan bersedekah. Mereka sangat terbuka apabila diminta untuk memberi sumbangan untuk menunjang pembangunan dan perluasan mushala. Fahri adalah salah satu remaja yang juga ikut membantu pembangunan mushala.

"Ya saya mampunya cuma angkat-angkat batako Mbak, ndak banyak. Yang lainnya dikerjakan warga yang lebih mumpuni di bidangnya. Pak Imam biasanya bagian koordinasi, ada bagian keuangan, ada Pak Aziz yang juga kebetulan kuli seperti Almarhum Pak Mudhofir. Saya setelah solat Isya bantu dikit. Semua dilakukan biar pas solat tarawih warga pada nyaman dan khusyu ibadah."

potret saya bersama mas Fahri. Dokpri
potret saya bersama mas Fahri. Dokpri

Fahri bercerita bagaimana ia sisihkan waktu demi membantu pembangunan mushala dengan padatnya kegiatan sekolah. Bertahun-tahun lalu, Ayah saya juga turut ikut dalam seluruh kegiatan dan tradisi di mushala kami. Tetapi beliau sudah lebih dahulu menemui ajal dan berpulang ke rahmatullah. Sehingga pada tahun-tahun berikutnya, Fahri, Pak Imam Fauzi, dan beberapa warga lain semakin aktif mencari relawan.

Tradisi yang sudah dipertahankan berpuluh-puluh tahun ini memiliki tujuan untuk mengimplementasikan akhlak baik di kehidupan sehari-hari. Para warga dituntut untuk ikhlas memberi sedekah kepada sesama, berdoa dengan khusyu kepada Sang Pencipta, meminta perlindungan sehingga semoga pada tahun berikutnya dapat dipertemukan kembali kepada ramadan.

Fahri adalah salah satu contoh remaja yang masih memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Ia tetap pergi ke mushala walau berjalan kaki, ia tetap sempatkan untuk mengumandangkan adzan. Ia bahkan tidak pernah menolak apabila pengurus mushala meminta ini itu bantuan dan semacamnya ketika Fahri sibuk. Selain pengetahuan mengenai tradisi menjelang ramadan yang rutin dilakukan, saya mendapat hal baik lain. Yaitu sikap teladan seorang remaja lelaki. Gigihnya, rajinnya, saya sungguh terpana. Kami masih memiliki hubungan saudara, Fahri tidak segan menyampaikan berbagai informasi ketika Pak Imam sedang tidak memiliki kesempatan, atau kondisinya tidak memungkinkan sebab kesibukannya sebagai seorang guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun